Minggu, November 24

Kepulauan Anambas

Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) terus digencarkan hingga ke tingkat kecamatan. Tak terkecuali di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Di tingkat kecamatan sendiri, SPBE digunakan melalui aplikasi penganggaran dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan administrasi kependudukan, pengurusan izin usaha, bahkan penerapan aplikasi pengelolaan keuangan. Meski demikian, kendala utama dalam penerapan SPBE di wilayah 3T yaitu akses internet yang kurang memadai.

Dikatakan oleh Camat Jemaja Abdullah Sani (54), sebelum ada internet yang difasilitasi oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital RI atau Komdigi (dulu Kominfo), berkas-berkas administrasi harus dikirim melalui kapal pompong atau kapal kecil.


Berkas tersebut dikirimkan ke Tarempa yang merupakan ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas. Untuk menuju ke Tarempa, warga Jemaja pun harus menaiki pompong atau ferry sekitar dua jam lamanya.

“Kapal tidak begitu lancar, tidak tiap hari (beroperasi). Sementara kebutuhan administrasi itu tidak mengenal hari,” ujar Abdullah kepada detikcom, beberapa waktu lalu.

“Apakah ditentukan setiap hari Kamis, atau hari Jumat, atau hari Senin, tidak tentu,” sambungnya.

Meski SPBE diberlakukan, jaringan internet di sekitar Kecamatan Jemaja juga belum stabil. Sehingga, Abdullah beserta staf kecamatan harus pergi ke desa atau instansi lain seperti RSUD untuk keperluan administrasi.

“Ada yang di RSUD, ada juga yang di Kusik, ada juga yang di SD-SD yang sinyalnya agak bagus, SD 05 Letung,” ungkap Abdullah.

“Saya bilang kalau saya ada kegiatan, tolong dibantu. Maka di sana juga, mereka sudah mempersiapkan karena ini kegiatan menyangkut kecamatan, artinya segala pekerjaan kecamatan itu untuk membantu dinas-dinas yang ada di kabupaten dan membantu instansi-instansi yang berada di kecamatan,” cetusnya.

Abdullah merasa terbantu dengan kehadiran Akses Internet (Aksi) dari BAKTI. Diketahui, Kecamatan Jemaja dihuni 6.700 penduduk yang terdiri lebih dari 2.400 kepala keluarga (KK).

“Memang sangat terbantulah saya dengan BAKTI Aksi. Waktu saya dalam keadaan membutuhkan dia ada, kalau tidak ada bakti waktu Covid itu, jujur (layanan) stagnan, layanan keuangan, administrasi, informasi, kita tidak dapatkan informasi. Jadi kita terisolasi juga dengan informasi kan, tapi BAKTI Aksi yang menyelamatkan,” jelas Abdullah.

“Waktu itu, di zaman COVID, sinyal kurang bagus. Program BAKTI Aksi memang ada di waktu kami butuhkan. Inilah yang kami benar-benar merasa terbantu dan mengucapkan terima kasih kepada pihak BAKTI dengan adanya WiFi dari BAKTI Aksi,” lanjutnya.

detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengadakan program Tapal Batas untuk mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Ikuti terus berita informatif, inspiratif, unik dan menarik dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

(akd/ega)

Membagikan
Exit mobile version