Jumat, Februari 21

Jakarta

Para peneliti di Oxford University mengklaim sukses melakukan teleportasi untuk pertama kalinya di dunia. Mereka mencapainya dengan menggabungkan komputer kuantum yang terpisah untuk menjalankan algoritme secara kolaboratif, melintasi jarak, dalam sebuah ‘terobosan’ yang mereka sebut dapat menghasilkan superkomputer kuantum yang canggih.

Dijelaskan secara rinci dalam makalah yang diterbitkan awal Februari 2025 di jurnal Nature, tim ilmuwan menghubungkan dua prosesor kuantum yang berjarak dua meter menggunakan ‘antarmuka jaringan fotonik’.

Tim yang dipimpin oleh Dougal Main, mahasiswa pascasarjana bidang fisika Oxford University, berharap pencapaian ini akan meletakkan dasar bagi internet kuantum yang sangat aman dan terdistribusi.


Secara teknis, ini bukan pertama kalinya para ilmuwan mendemonstrasikan teleportasi kuantum. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa status bit kuantum yang dikenal sebagai qubit, yang setara dengan bit komputer konvensional, dapat ditransfer melintasi sistem yang terpisah secara fisik.

“Dalam penelitian kami, kami menggunakan teleportasi kuantum untuk menciptakan interaksi antara sistem yang jauh ini,” kata Main dalam sebuah pernyataan, mengutip Futurism.

“Dengan menyesuaikan interaksi ini secara cermat, kita dapat menjalankan gerbang kuantum logis, operasi dasar komputasi kuantum, antara qubit yang ditempatkan di komputer kuantum terpisah,” jelasnya.

Ia menambahkan, terobosan ini memungkinkan para peneliti untuk secara efektif ‘menyambungkan’ prosesor kuantum yang berbeda menjadi satu komputer kuantum yang terhubung sepenuhnya, yang pada dasarnya setara dengan menghubungkan komputer tradisional untuk menciptakan superkomputer.

Main dan timnya berharap bahwa dengan menggunakan cahaya untuk mengirimkan data alih-alih sinyal listrik, mereka dapat mengatasi kendala teknik yang terlibat dalam pembuatan komputer kuantum besar. Secara umum, semakin banyak qubit yang dimiliki komputer kuantum, semakin sulit untuk menjaganya dalam keadaan stabil dan mengurangi gangguan eksternal.

“Dengan menghubungkan modul menggunakan tautan fotonik, sistem memperoleh fleksibilitas yang berharga, yang memungkinkan modul ditingkatkan atau ditukar tanpa mengganggu seluruh arsitektur,” jelas Main.

“Eksperimen kami menunjukkan bahwa pemrosesan informasi kuantum yang didistribusikan jaringan dapat dilakukan dengan teknologi saat ini,” tambah peneliti utama dan profesor fisika Oxford University David Lucas.

Namun, sebelum komputer kuantum, apalagi superkomputer kuantum, dapat menjadi peralatan yang umum digunakan, para peneliti masih memiliki rintangan berat yang harus diatasi.

“Meningkatkan skala komputer kuantum tetap menjadi tantangan teknis yang berat yang kemungkinan akan membutuhkan wawasan fisika baru serta upaya rekayasa intensif selama beberapa tahun mendatang,” jelas Lucas.

Di luar keterbatasan teknis dalam membangun komputer kuantum yang lebih besar, para ilmuwan masih berjuang untuk mengubahnya menjadi alat yang benar-benar berguna yang memecahkan kalkulasi fungsional.

Meskipun demikian, para peneliti berharap bahwa sistem komputasi kuantum suatu hari nanti dapat menjalankan kalkulasi hanya dalam hitungan jam yang akan memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan oleh superkomputer saat ini.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version