
Jakarta –
Konon, jumlah manusia di Bumi ada sekitar 8,2 miliar. Tapi studi terbaru menyebut angkanya bisa jauh lebih banyak dari itu. Alasannya, kemungkinan peneliti tidak terlalu memperhatikan area orang yang tinggal di daerah rural.
Para peneliti di Aalto University di Finlandia menganalisis lima kumpulan data populasi global yang paling banyak digunakan. Mereka adalah WorldPop, GWP, GRUMP, LandScan, dan GHS-POP. Mereka menyimpulkan bahwa kumpulan data tersebut berpotensi tidak mencakup antara 53% hingga 84% populasi pedesaan.
Bahkan kumpulan data yang paling dapat diandalkan dari tahun 2010 ditemukan meremehkan populasi pedesaan sekitar sepertiga (32%) hingga tiga perempat (77%).
Sebesar 43% manusia saat ini diperkirakan tinggal di daerah pedesaan, kemungkinan besar perkiraan populasi dunia saat ini sebesar 8,2 miliar menjadi kurang akurat. Tetapi seberapa banyak? Itulah pertanyaan besar yang belum siap dijawab oleh para peneliti.
“Untuk pertama kalinya, penelitian kami memberikan bukti bahwa sebagian besar penduduk pedesaan mungkin tidak ada dalam kumpulan data penduduk global,” kata Josias Láng-Ritter, penulis pertama penelitian dan peneliti pascadoktoral di Aalto University, dalam sebuah pernyataan.
“Kami terkejut menemukan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh data penduduk global — tergantung pada kumpulan data, jumlah penduduk pedesaan telah diremehkan antara 53% hingga 84% selama periode penelitian. Hasilnya luar biasa, karena kumpulan data ini telah digunakan dalam ribuan penelitian dan secara luas untuk mendukung pengambilan keputusan, tetapi keakuratannya belum dievaluasi secara sistematis,” tambahnya.
Jika kita ingin lebih memahami planet kita, mengatasi kesenjangan data ini sangatlah penting. Pemetaan populasi yang lebih akurat dapat menghasilkan alokasi sumber daya yang lebih baik, perencanaan infrastruktur yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan manusia.
“Di banyak negara, mungkin tidak ada cukup data yang tersedia di tingkat nasional, jadi mereka mengandalkan peta populasi global untuk mendukung pengambilan keputusan mereka: Apakah kita memerlukan jalan beraspal atau rumah sakit? Berapa banyak obat yang dibutuhkan di daerah tertentu? Berapa banyak orang yang mungkin terkena dampak bencana alam seperti gempa bumi atau banjir?,” komentar Láng-Ritter.
Untuk menyediakan akses yang sama bagi masyarakat pedesaan terhadap layanan dan sumber daya lainnya, Láng-Ritter menyebut kita perlu melakukan diskusi kritis tentang aplikasi peta populasi ini di masa lalu dan masa depan. Studi ini dipublikasikan di Nature Communications, demikian melansir IFLScience.
(ask/afr)