Sabtu, Oktober 19


Badung

Manajemen Finns Beach Club di Bali ternyata ngotot untuk menggelar pesta kembang api, meskipun Banjar Adat meminta untuk ditunda.

Banjar Adat Tegal Gundul, Canggu, Desa Tibubeneng, meminta penundaan selama 30 menit kepada pengelola beach club. Namun, kembang api itu tetap dinyalakan tepat saat ritual upacara sehingga akhirnya videonya viral di media sosial (medsos).

“Kami meminta agar jadwal digeser 30 menit karena ada upacara. Dari pihak sana menyebut sudah terjadwal dan para tamu sudah tahu ada jadwal peluncuran kembang api, dan akan ada DJ, dihitung mundur,” kata Kelian Banjar Tegal Gundul, I Made Wira Atmaja, Kamis (17/10/2024).


Wira menuturkan salah satu warga Banjar Tegal Gundul menggelar upacara ngaben yang digelar pada 13 Oktober 2024 sejak pukul 08.00 Wita. Bahkan, tenda untuk sulinggih memandu upacara di pantai sudah dibangun sejak pagi.

Upacara juga dilanjutkan di Pantai Berawa setelah selesai prosesi kremasi dan rangkaian di rumah duka. Warga dan prajuru adat saat itu kaget melihat stand kembang api sudah ada sekitar 5 meter dari tempat sulinggih akan memangku upacara.

“Karena ida sulinggih sudah muput upacara dari jam setengah 6 sore itu, karena kami melihat ada stand (kembang api) di sana, kami berinisiatif untuk tanya ke pihak Finns. Ada sekuriti dan pramutamu di bawah. Saya bertanya jam berapa kembang api itu,” kata Wira.

Pihak Finns menyebut akan menyalakan kembang api pukul 19.00 Wita. Bahkan, ada hitung mundur dari Disc Jockey (DJ). Karena waktu upacara tinggal 30 menit lagi, warga meminta lagi ke Finns untuk menunda sekitar setengah jam sampai upacara selesai.

“Jawaban dari Finns adalah ini sudah terjadwal, dan para tamu sudah tahu, dan DJ dihitung mundur. Kami akhirnya berkoordinasi dengan sulinggih mengatakan bahwa pihak Finns tak bersedia untuk menunda,” sambung Wira.

Akhirnya warga memutuskan upacara tetap lanjut atas petunjuk sulinggih karena masih banyak upacara yang harus diselesaikan di rumah duka. Sesaat kemudian, kembang api menyala di saat warga khusyuk melaksanakan upacara seperti pada video viral itu.

“Jadi ini bukan miskomunikasi, seperti yang saya baca, baru tadi dari Humas Polda Bali, ini ada miskomunikasi dari pihak Finns dan kelian adat, itu salah. Saya sudah berkomunikasi. Ini antara staf bawah dan pimpinan tidak sinkron, itu yang menyebabkan,” tegas Wira.

Menurutnya, masalah tersebut perlu diperhatikan. Wira meminta kepada pengelola usaha wisata untuk menghormati dan sama-sama menjaga tradisi desa adat setempat.

Sebelumnya, polemik pesta kembang api oleh Finns Beach Club di tengah umat Hindu yang sedang menggelar upacara agama di Pantai Berawa, Kuta Utara, Badung, Bali, ternyata bermula dari miskomunikasi. Hal itu berawal saat staf Finns belum menyampaikan ke manajemen bahwa ada permintaan warga yang menggelar upacara di pantai.

Keterangan tersebut terungkap saat Polsek Kuta Utara memanggil semua pihak untuk mengklarifikasi. Manajemen Finns Beach, perwakilan pengurus Desa Adat Berawa, Banjar Tegal Gundul Canggu, dan pemilik video duduk bareng.

“Kami rasa untuk ke depan pola komunikasi semua pihak diperbaiki, ditingkatkan agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Tetapi dari pertemuan kemarin semua pihak sepakat untuk menyelesaikan masalah itu,” kata Kapolsek Kuta Utara AKP Yusuf Dwi Atmodjo, Kamis (17/10/2024).

Yusuf mengatakan pemilik video yang mengunggah itu di media sosial juga tidak menyangka akan menjadi ramai diperbincangkan dan ditanggapi berbeda-beda oleh masyarakat. Padahal niat awal pemilik video, ujar Yusuf, ingin menunjukkan bahwa upacara agama bisa berjalan beriringan di tengah hingar-bingar pariwisata.

“Kemarin disampaikan ke kami. Pemilik video pun tidak menyangka akan jadi begitu. Dia awalnya tidak bilang bahwa itu intoleransi. Masyarakat yang gelar upacara di sana juga mengaku tidak masalah saat itu,” sebut Yusuf.

Pihak manajemen Finns, Yusuf berujar, juga mengaku tidak menerima laporan stafnya. Ternyata ada laporan masyarakat yang akan gelar upacara sehingga belum menunda pelaksanaan kembang api untuk digeser jamnya.

“Semua sepakat bahwa ini bisa selesai, bisa musyawarah. Bahkan, dari desa adat sudah menyampaikan atau meminta kalau ada upacara itu, tolong pihak beach club bisa menyesuaikan. Manajemen mereka juga menyampaikan bahwa mereka tidak kaku untuk bisa memprioritaskan kegiatan adat setempat,” tutur Yusuf.

Kapolsek menekankan agar miskomunikasi antar pihak tidak berlarut dan memastikan situasi sudah kondusif. Kejadian tersebut, menurut Yusuf menjadi pembelajaran semua pihak agar ke depan pelaku pariwisata menguatkan komunikasi dengan masyarakat setempat.

“Apalagi kita akan menghadapi pilkada di Bali, pariwisata tetap berjalan, harus aman. Iklim investasi harus tetap berjalan. Harus ini agar tidak ada lagi kesan intoleransi, hanya miskomunikasi dan ini kami akan benahi melalui aparat bhabinkamtibmas, Linmas, desa adat, semua,” kata dia.

——

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version