Kamis, Januari 16


Jakarta

Turis Singapura kehilangan barang mewah dan uang ratusan juta di bus wisata di Italia. Agen perjalanan dituntut bertanggung jawab atas pencurian itu.

Bukan hanya satu, namun lima wisatawan yang kehilangan barang mewah dan uang ratusan juta itu. Mereka sedang mengikuti tur bus selama 11 hari yang diselenggarakan oleh agen perjalanan berbasis di Singapura, EU Holidays, pada 13-23 Desember 2024.

Melansir Mothership, Kamis (16/1/2025) mereka adalah bagian dari rombongan yang melakukan perjalanan melintasi Prancis, Belgia, Belanda, Jerman, Swiss, dan Italia. Total peserta perjalanan itu 33 orang.


Biaya untuk mengikuti tur itu adalah SGD 4.238 (Rp 49 juta) per orang.

Pada malam terakhir, saat rombongan berada di Milan, pada 23 Desember, sekitar pukul 21.00 waktu setempat, Huang dan ibunya meninggalkan koper mereka di dalam bus untuk makan malam sebentar. Mereka menginformasikan bahwa koper mereka disimpan di kompartemen atas bus wisata.

Namun, saat kembali ke bus pada pukul 21.45, mereka menemukan koper mereka telah hilang. Huang langsung berteriak ‘Tas saya hilang!’ dan beberapa wisatawan lain yang juga kembali ke bus menyadari bahwa barang-barang mereka juga hilang. Huang dan ibunya kehilangan tas desainer Yves Saint Laurent senilai SGD 2.734 (Rp 31 juta).

Penumpang lainnya, Li, juga melaporkan kehilangan barang-barang dengan nilai lebih dari SGD 9.000 atau sekitar Rp 100 juta, termasuk tas tangan Fendi, jam tangan Tag Heuer, dompet Louis Vuitton, uang tunai 350 euro (sekitar Rp 6 juta), earphone, power bank, dan barang-barang pribadi lainnya.

Beberapa wisatawan merasa ada yang mencurigakan dalam pencurian tersebut. Huang mengatakan tidak ada tanda-tanda perusakan pada pintu atau jendela bus.

Selain itu, Huang dan Li mengklaim bahwa pemandu wisata mereka pernah menyatakan bahwa bus adalah tempat teraman untuk menyimpan barang. Pemandu itu bahkan menyarankan para wisatawan untuk meninggalkan barang-barang mereka di dalam bus.

Mereka juga mencatat bahwa ketika tiba di Milan, sopir bus memberi tahu bahwa pintu bus rusak yang mereka anggap sebagai kebetulan yang aneh. Lebih lanjut, Huang mengungkapkan bahwa pengemudi bus memberi penjelasan berbeda tentang kejadian tersebut.

Awalnya, pengemudi mengaku tidak pernah meninggalkan bus, namun saat mereka melaporkan kejadian keesokan harinya, pengemudi mengakui bahwa ia sempat meninggalkan bus sebentar.

EU Holidays membantah klaim bahwa pemandu wisata mereka menyarankan bus sebagai tempat teraman untuk menyimpan barang. Mereka menjelaskan bahwa pengarahan pra-keberangkatan yang diberikan mengingatkan para wisatawan agar bertanggung jawab atas barang bawaan pribadi mereka.

Agen perjalanan tersebut juga mengatakan bahwa mereka sedang berusaha sebaik mungkin untuk membantu para wisatawan mengajukan klaim agar kerugian mereka bisa diminimalkan.

Namun, Huang dan Li merasa bahwa agen perjalanan tersebut seharusnya bertanggung jawab atas kejadian ini karena pencurian terjadi di bus yang diatur oleh mereka. Huang mengungkapkan bahwa klaim asuransi awalnya ditolak, tetapi ia berusaha mengajukan banding. Kedua wisatawan tersebut berniat meminta kompensasi atas kerugian yang mereka alami, bahkan berencana untuk mengajukan gugatan ke pihak berwenang.

Li juga memperingatkan wisatawan lainnya untuk lebih berhati-hati saat mengikuti tur, mengingat bahwa rombongan tur tidak menjamin keselamatan barang-barang pribadi.

“Jika kami tidak mengikuti saran pemandu wisata, saya pasti akan menyimpan barang-barang berharga saya dengan lebih aman. Jika kami dirampok di jalan, saya bisa menerimanya, tetapi ini terjadi karena kami mengikuti instruksi yang menganggapnya aman,” dia mengimbau.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version