Minggu, Juli 7


Jakarta

Banyak pasien di Inggris yang dibiarkan kesakitan dan meninggal sendirian di rumah sakit di tengah kekurangan staf perawat. Menurut laporan penelitian yang dilakukan oleh Royal College of Nursing (RCN), kekurangan tenaga kerja di rumah sakit dan layanan masyarakat begitu parah di Inggris, bahkan hanya sepertiga shift rumah sakit dan komunitas yang memiliki cukup perawat terdaftar.

Dampak kekurangan ini memicu sejumlah perawat harus merawat lusinan pasien sekaligus. Para ahli menyerukan adanya batasan keselamatan yang kritis pada jumlah pasien yang dapat menjadi tanggung jawab seorang perawat.

Sebuah survei terhadap lebih dari 11.000 staf perawat menemukan banyak yang mengalami demoralisasi karena tidak mampu menjaga keselamatan pasien.


“Kami mempunyai hari-hari ketika ada 60 kunjungan yang tidak terjadwal karena kami tidak memiliki cukup staf,” kata seorang perawat yang bekerja di komunitas di barat daya Inggris, dikutip dari laporan RCN.

“Kami selalu terburu-buru,” lanjutnya.

Bahkan sejumlah besar perawat Accident and Emergency Nurse (A&E) dan rawat jalan di Inggris melaporkan memiliki lebih dari 51 pasien yang harus dirawat.

“Kami membiarkan lebih dari 50 pasien yang membutuhkan perawatan tidak terlihat setiap hari karena tingkat staf yang buruk,” kata perawat lainnya yang bekerja di rumah sakit di Selatan Inggris.

“Hal ini menyebabkan peningkatan rawat inap dan kematian. Terserah kita untuk memutuskan siapa yang akan terlihat dan siapa yang akan terlewatkan, dan ini sangat memilukan,” lanjut perawat tersebut.

Di sebuah rumah sakit di West Midlands, Inggris, seorang perawat mengatakan dirinya belum bisa duduk bersama pasien yang sekarat, artinya pasien dibiarkan mati sendirian.

“Saya tidak punya waktu untuk memastikan pasien diberi makan dengan benar dan minuman yang cukup,” tuturnya.

Pejabat sekretaris jenderal RCN, Professor Nicola Ranger, mengatakan para perawat berjuang sekuat tenaga untuk menjaga keselamatan pasien dan menggambarkan jumlah staf sebagai ‘berbahaya bagi pasien dan melemahkan semangat staf perawat’.

“Kami sangat membutuhkan investasi mendesak dalam angkatan kerja perawat tetapi juga untuk melihat rasio perawat-pasien yang penting bagi keselamatan yang diabadikan dalam undang-undang,” ungkap Ranger.

“Itulah cara kami meningkatkan layanan dan mencegah pasien mengalami bahaya,” lanjutnya.

(suc/suc)

Membagikan
Exit mobile version