Jumat, November 1

Valencia

Banjir bandang monster menerpa beberapa area Spanyol dan menewaskan setidaknya 95 orang. Bencana ini merupakan yang terburuk dalam beberapa waktu belakangan ini di Eropa.

Hujan sangat deras memicu banjir di selatan dan timur Spanyol, dari Malaga ke Valencia. Aliran air dan lumpur deras menggulingkan kendaraan di jalan dengan kecepatan tinggi, bersama puing dan barang rumah tangga. Penyelamat memakai helikopter untuk mengangkut orang dari rumah dan perahu karet untuk menjangkau pengemudi yang terdampar di atas mobil.

Layanan darurat di wilayah timur Valencia mengonfirmasi jumlah korban tewas sebanyak 92 orang. Dua korban lainnya dilaporkan di wilayah tetangga Castilla La Mancha, sementara Andalusia selatan melaporkan satu kematian.


“Kemarin adalah hari terburuk dalam hidup saya,” kata Ricardo Gabaldon, walikota Utiel, sebuah kota di Valencia Dia mengatakan enam penduduk tewas dan lebih banyak lagi yang hilang.

“Kami terjebak seperti tikus. Mobil dan kontainer sampah mengalir di jalan-jalan. Air naik hingga 3 meter,” katanya yang dikutip detikINET dari Associated Press.

Pihak berwenang di Valencia mengatakan antara 150 dan 200 liter per meter persegi hujan turun hanya dalam waktu dua jam di wilayah Vall d’Alcalans. Di Chiva di Valencia, 491 l/m² hujan turun dalam delapan jam, setara dengan curah hujan selama hampir satu tahun.

Padahal baru beberapa waktu lalu Spanyol dilanda kekeringan yang cukup hebat, kini malah mengalami banjir bandang yang dahsyat. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah peristiwa ini terjadi karena perubahan iklim, masih memerlukan waktu dan analisis ilmiah menyeluruh.

Namun dinilai, perubahan iklim membuat banjir besar yang sebelumnya langka di Eropa jadi lebih umum dan lebih intens dan karenanya lebih merusak. Itu juga berlaku untuk sebagian besar Asia, Amerika Utara bagian tengah dan timur, Australia utara, Amerika Selatan bagian timur laut, dan Afrika selatan.

Atmosfer yang lebih panas dan lebih haus, dapat menahan lebih banyak uap air. “Kekeringan dan banjir adalah dua sisi dari koin perubahan iklim yang sama,” kata Stefano Materia, ilmuwan iklim di Barcelona Supercomputing Center.

Ia mengatakan penelitian telah menghubungkan kekeringan di Laut Mediterania dengan darurat iklim melalui perubahan sirkulasi atmosfer pada saat yang sama ketika kenaikan suhu global telah memanaskan wilayah tersebut lebih parah.

“Itu berarti lebih banyak energi, lebih banyak uap air, lebih banyak ketidakstabilan, semua bahan yang memicu badai yang mengerikan ketika kondisi atmosfer menguntungkan. Laut Mediterania adalah bom waktu saat ini,” paparnya.

(fyk/rns)

Membagikan
Exit mobile version