Jumat, Juli 5

Jakarta

Desakan masyarakat agar pemerintah memberantas habis judi online kian lantang terdengar. Sebabnya, judi online memang sudah meresahkan. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto sekitar 4 juta orang yang terdeteksi melakukan judi online di Indonesia.

Dihubungi detikINET, dr Hari Nugroho dari Green Crescent Indonesia menjelaskan bahwa adiksi judi online sama halnya dengan adiksi yang lain, baik itu kecanduan narkoba maupun adiksi perilaku (kecanduan games, gadget, atau pornografi). Proses di otaknya sama, kecanduan judi online mempengaruhi jalur ‘reward‘ seseorang.

“Hanya beda input rangsangnya saja. Proses menjadi candunya tentu juga mirip,” jelasnya, Senin (1/7/2024).


Tidak hanya faktor biologi, kecanduan judi online juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor psikososial. Faktor ekonomi bisa berperan, akan tetapi sejatinya itu bukan satu-satunya.

“Karena kebanyakan yang main judi online dimulai dengan iseng,” kata dr Hari.

Pembuat situs judi online pun tentunya piawai dalam menciptakan suasana yang mendukung seseorang kecanduan dengan sistem yang dia ciptakan. Judi online seperti slot, mendesain aplikasi atau situsnya mirip dengan game-game biasa yang banyak dimainkan. Di sana juga dilengkapi dengan karakter, warna, maupun suara yang mirip-mirip. Dengan begitu, orang yang main judi merasa familiar dengan permainan tersebut.

Yang tak kalah penting, para penjudi ini dijebak dengan berbagai kemudahan. Misalnya kemudahan deposit dengan nilai yang rendah, bahkan bisa modal Rp 50.000 ke bawah. Bahkan, tidak harus dengan uang fisik atau uang digital, tetapi bisa juga dengan pulsa.

“Lalu pada awal-awal permainan, banyak diberikan kemudahan untuk menang, dan RTP (return to player) yang cukup tinggi, misal 70%. Jadi, kemudian timbul situasi yang sifatnya rewarding, yang pada akhirnya mereka ingin mengulangi rasa senang atau kemenangan tersebut,” ujar laki-laki yang menempuh pendidikan di King’s College London itu.

Bagi yang kalah, mereka pun cenderung tidak merasa rugi, sebab taruhan yang disetor juga kecil. Tapi, mereka akan terus penasaran mencari kemenangan karena di awal sudah merasakan kemenangan. Inilah dampak yang tidak disadari dan nantinya akan berdampak sangat mengerikan!

“Jika situasi-situasi ini berulang, otak akan merespon lonjakan neurotransmitter-nya seperti dopamine dengan melakukan toleransi, artinya otak butuh lonjakan dopamine lebih tinggi lagi agar pengalaman rewarding/menyenangkan bisa diulang. Ini yang kemudian bikin orang secara nggak sadar mengalami adiksi,” tandasnya.

Akibat judi online, otak pun jadi rusak karena selalu minta rangsangan reward yang semakin tinggi. Ayo berhenti sebelum kecanduan judi online!

(ask/fay)

Membagikan
Exit mobile version