Kamis, November 7


Jakarta

Dampak paparan Bisphenol A (BPA) bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Pasalnya, paparan BPA tak hanya berbahaya bagi orang dewasa tapi juga membuat anak-anak berisiko mengalami gangguan kesehatan, terutama pada bayi dan balita.

Paparan BPA bisa datang dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya banyak ditemukan pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang banyak dikonsumsi masyarakat karena senyawa yang satu ini umum terkandung pada pembuatan botol kemasan plastik maupun galon isi ulang.

Sejumlah studi menunjukkan, migrasi senyawa BPA bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak anak. Hal ini pun membuat 3 penyakit ini bisa mengintai anak. Berikut 3 penyakit akibat paparan BPA yang bisa mengintai anak:


1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang membuat anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Anak biasanya akan sulit berkonsentrasi (inattention), sulit mengontrol Gerakan (hyperactivity), hingga kesulitan mengendalikan diri (impulsivity).

Sejumlah studi menemukan paparan BPA berpeluang menimbulkan ADHD dan gangguan perilaku lainnya pada anak-anak. Pengujian dampak BPA terhadap gangguan pembentukan dan maturasi sel saraf pada otak yang dilakukan Universitas Airlangga (2022) menemukan, konsentrasi BPA urin pada kelompok kasus (anak dengan ADHD) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (anak sehat). Hal ini menunjukkan paparan BPA berkaitan dengan peningkatan risiko ADHD.

2. Autism Spectrum Disorder (ASD)

Bahaya BPA tak hanya mengintai anak saat lahir, tapi juga bisa dipicu oleh konsumsi dan paparan BPA sejak ibu hamil. Konsumsi BPA yang sering dan dalam jumlah besar dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena BPA mampu memengaruhi senyawa yang diproduksi otak hingga memicu kelainan seperti autisme. Efeknya tidak muncul secara langsung, tapi bisa terakumulasi menjadi berbahaya.

“Pada bayi, konsumsi BPA yang begitu besar, efeknya akan berdampak tidak secara langsung, tapi terakumulasi. Inilah yang bahaya,” kata Wakil Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Hartati B. Bangsa pada Diskusi Ilmiah Demi Anak-anak Indonesia Bebas dari Kemasan BPA di Jakarta Timur pada 2022 lalu.

“Pada ibu dengan kondisi menyusui, maka air susunya juga bisa menjadi media pengantar. (BPA) itu akan larut, akan ikut terbawa (ke dalam ASI),” sambungnya.

Sebuah studi dari Department of Surgery Rowan University-SOM, 2 Medical Center Drive, Stratford, New Jersey pada tahun 2014 melakukan pengujian pada 46 anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) dan 52 anak sebagai kontrol untuk mengetahui pengaruh paparan BPA pada anak-anak dengan ASD. Penelitian tersebut menemukan BPA dengan kadar yang lebih tinggi dari 90% (>50ng/mL) pada sekitar 20% anak-anak dengan ASD. Hal ini menunjukkan adanya kaitan erat antara paparan BPA dengan Autism Spectrum Disorder.

Penelitian lain juga menemukan paparan BPA pada masa prenatal memiliki pengaruh terhadap fungsi eksekutif dan perilaku pada anak-anak. Bahkan berisiko menyebabkan meningkatnya autisme dan kerusakan fungsi mitokondria yang bisa meningkatkan kadar ROS (Reactive Oxygen Species) jika terpapar secara berkepanjangan.

3. Perilaku Agresif pada Anak

Lebih lanjut, paparan BPA prenatal juga dapat mempengaruhi perilaku anak termasuk menyebabkan perilaku agresif. Perilaku ini umumnya terlihat sebagai bentuk emosi anak saat marah yang diekspresikan dengan tindakan agresi, baik fisik seperti memukul, mendorong, menendang, maupun agresi verbal seperti menghina, memaki, berteriak, dan lain sebagainya.

Sebuah studi mengukur paparan BPA terhadap perempuan African-American dan Dominican serta masing-masing anak-anaknya sejak masa kehamilan hingga anak-anak pada usia 5 tahun, mengumpulkan sampel urin dari ibu saat kehamilan (34 minggu rata-rata) serta dari anak-anak usia 3 sampai 4 tahun.

Adapun anak-anak yang mengikuti pengujian diteliti menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL). Total terdapat 198 anak-anak yang dianalisis, terdiri dari 87 laki-laki dan 111 perempuan.

Penelitian berjudul ‘Prenatal bisphenol A exposure and child behavior in an innercity kohort’ ini menemukan adanya keterkaitan antara paparan BPA prenatal dan perilaku anak pada umur 3-5 tahun dengan keterkaitan jenis kelamin secara spesifik. Dampak paparan BPA pada anak laki-laki terlihat pada Perilaku Emosional Agresif dan Reaktif. Sedangkan pada anak perempuan, BPA masa prenatal berkaitan dengan skor yang secara signifikan lebih rendah untuk sindrom Perilaku Agresif dan Kecemasan/Depresi.

Itulah 3 contoh bahaya penyakit akibat paparan BPA secara terus menerus yang berisiko mengintai anak. Tentunya hal ini patut menjadi perhatian orang tua untuk membantu tumbuh kembang anak yang sehat dengan meminimalisir paparan BPA sejak hamil hingga masa pertumbuhan anak.

(prf/ega)

Membagikan
Exit mobile version