Jakarta –
Seorang backpacker dari Wales bergegas melakukan CPR selama 30 menit terhadap seorang penumpang yang mengalami serangan jantung fatal. Ia mengalami trauma dalam penerbangan Singapore Airlines akibat turbulensi parah.
Toby Pearl, 21 tahun, dari Abergavenny, sedang dalam penerbangan dari Bandara Heathrow London ke Singapura bersama temannya Liam James-Morris yang melakukan pendaratan darurat pada hari Selasa.
Meski ia sendiri terluka, petugas kesehatan, Toby Pearl bergegas membantu Geoff Kitchen, 73 tahun. “Tanpa berpikir panjang, saya melompat dari kursi dan melompati lorong,” katanya.
22 orang dari penerbangan tersebut mengalami cedera tulang belakang, sementara enam orang berada dalam kondisi kritis dengan cedera yang mengancam jiwa, direktur Rumah Sakit Samitivej Srinakarin di Bangkok mengatakan pada hari Kamis.
Pearl berada dalam penerbangan tersebut untuk memulai backpacking di Cairns di Australia utara, di mana ia berencana untuk menghabiskan waktu selama 12 bulan.
Sementara temannya, James-Morris, berencana untuk menghabiskan waktu selama tiga bulan dalam masa rehat dari gelar sarjana nutrisi olahraga.
Mereka naik ke pesawat pada pukul 22.00 di Heathrow pada hari Senin dengan harapan bisa sampai di Australia. Namun 10 jam setelah penerbangan, pesawat mengalami turbulensi hebat di atas Samudera Hindia.
“Ketika tanda sabuk pengaman menyala, [turbulensi] benar-benar terjadi seketika, tidak ada yang sempat bereaksi, itulah mengapa saya pikir ada begitu banyak korban cedera,” kata James-Morris.
“Saya dan banyak penumpang lainnya terlempar ke udara bersama troli minuman, dan berbagai macam barang. Kursi saya ikut terangkat ke udara,” ungkap Pearl.
Dia mengatakan bahwa dia mendarat di atas penumpang lain yang berada beberapa baris di belakangnya. James-Morris mengenakan sabuk pengaman sehingga ia tidak mengalami cedera.
Keduanya mengatakan bahwa mereka yakin pesawat tersebut “akan jatuh” dan “mengira itu adalah akhir dari segalanya”.
“Anda dapat mendengar orang-orang melakukan panggilan telepon dan pesan suara pada menit-menit terakhir kepada anggota keluarga,” kata Pearl.
“Saya ingin menelepon orang tua saya dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Jika terjadi sesuatu, saya hanya ingin kalian tahu bahwa saya mencintaimu,” James-Morris menambahkan.
Dalam waktu 30 detik setelah turbulensi, mereka mengatakan bahwa mereka mendengar teriakan minta pertolongan pertama dan AED. Pearl bergabung dalam upaya untuk membantu Kitchen, yang diduga menderita serangan jantung bersama seorang dokter dan seorang perawat.
“Saya bekerja sebagai petugas kesehatan di Rumah Sakit Llanarth Court. Jadi saya memiliki pengalaman dalam bidang kesehatan, tetapi ini adalah hal yang tidak biasa Anda lihat,” terang dia.
Dia mengatakan bahwa dokter di dalam pesawat membantu dan juga memeriksa korban luka-luka lainnya, sementara Pearl terus melakukan CPR.
Pearl mengatakan bahwa setelah 30 menit, turbulensi masih buruk dan mereka tidak bisa mendapatkan ritme kejut pada AED, dan Kitchen meninggal sebelum pesawat bisa mendarat.
“Dokter mengatakan ia meninggal, yang pasti merupakan keputusan yang sangat sulit karena istri pria itu duduk hanya satu baris di belakang, jadi dia menyaksikan semuanya,” katanya.
Simak Video “Pernyataan Belasungkawa CEO Singapore Airlines Atas Insiden Turbulensi“
[Gambas:Video 20detik]
(msl/msl)