Kamis, Desember 19

Jakarta

Pemerintah Kongo mengajukan tuntutan pidana terhadap anak perusahaan Apple di Prancis dan Belgia, dan menuduh perusahaan itu menggunakan bahan tambang dari daerah konflik untuk rantai pasokannya.

Apple menepis tudingan ini dan mengklaim sudah melarang mitra pemasoknya untuk tidak menggunakan bahan tambang dari Kongo ataupun Rwanda, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (18/12/2024).

Seperti diketahui, Kongo adalah negara penghasil utama untuk sejumlah bahan tambang seperti tin, tantalum, dan tungsten, atau yang sering disebut mineral 3T. Ketiga bahan ini banyak dipakai di perangkat komputer dan ponsel.


Namun menurut PBB dan sejumlah organisasi hak asasi manusia, ada beberapa tambang tradisional di Kongo yang dikuasai kelompok bersenjata, dan kelompok bersenjata ini terlibat dalam pembantaian warga sipil, pemerkosaan massal, dan berbagai kejahatan lain.

Pengacara yang mewakili Kongo menyebutkan Apple menggunakan bahan tambang yang dijarah dari Kongo dan “dicuci” lewat rantai pasok internasional. Hal inilah yang mendasari tuntutan pidana Kongo terhadap Apple.

Dalam tuntutan itu, Apple dilaporkan ikut mendanai kejahatan perang, “mencuci” bahan tambang ilegal, menyimpan bahan curian, dan melakukan praktik penipuan publik karena meyakinkan bahwa rantai pasok yang dipakai Apple tidak terlibat kegiatan kriminal.

Apple tentu tak tinggal diam. Mereka langsung mengeluarkan pernyataan publik yang menepis semua tudingan itu. Mereka mengaku tidak secara langsung mengambil bahan tambang primer, juga sudah mengaudit pemasok dan mempublikasikan hasil temuannya, serta mendanai organisasi yang meningkatkan keterlacakan bahan tambang.

Dalam laporannya ke Securities and Exchange Commission, Apple menyebut tidak ada smelter ataupun pengolahan bahan tambang 3T dan emas di rantai pasoknya yang ikut mendanai atau menguntungkan kelompok bersenjata di Kongo dan negara sekitarnya.

“Meningkatnya konflik di kawasan tersebut pada tahun ini membuat kami meminta para pemasok untuk menyetop menggunakan tin, tantalum, tungsten dan emas di smelternya dari DRC (Democratic Republic of Congo-red) dan Rwanda,” tulis Apple dalam pernyataannya.

“Kami mengambil langkah ini karena kami khawatir kalau auditor independen ataupun mekanisme sertifikasi industri sudah tak bisa lagi melakukan uji kelayakan yang memenuhi standar tinggi kami,” tambahnya.

Lebih lanjut, Apple juga menyebutkan kalau mayoritas bahan tambang 3T yang mereka pakai itu berasal dari hasil daur ulang.

(asj/asj)

Membagikan
Exit mobile version