Kamis, September 19

Jakarta

Hizbullah banyak mengandalkan pager sebagai perangkat telekomunikasi karena teknologinya yang sederhana dan tak mudah disadap atau disusupi virus. Namun pager itu mendadak meledak, diduga karena aksi Israel. Jadi, apa itu pager?

Pager adalah perangkat telekomunikasi yang marak digunakan sebelum kedatangan ponsel. Di tahun 1990-an, banyak yang memakai perangkat ini, termasuk di Indonesia, sampai-sampai ada lagunya.

Pager, yang juga dikenal sebagai beeper atau penyeranta dalam Bahasa Indonesia, merupakan perangkat elektronik kecil dan portabel yang dirancang untuk menerima dan dalam beberapa kasus, mengirim pesan singkat atau peringatan. Ya, ada versi pager yang juga bisa mengirim pesan, tak sekadar menerima.


Sebagian besar pager menerima pesan melalui frekuensi radio dari stasiun pangkalan atau pusat pengiriman. Pesan-pesan ini dapat berupa angka (misalnya, nomor telepon) atau alfanumerik (teks). Perangkat kemudian menampilkan pesan untuk memberi tahu pengguna.

Untuk mengirim pesan, pager versi dua arah digunakan. Dikutip detikINET dari Times of India, pengguna dapat membalas pesan atau mengirim komunikasi teks singkat kembali ke pengirim. Tetapi, perangkat dua arah ini dulu kurang umum, lebih banyak yang memakai pager satu arah yang lebih sederhana.

Pager mengeluarkan nada, bunyi bip, atau getaran untuk memberi tahu pengguna tentang pesan masuk. Fitur ini sangat berguna di lingkungan yang bising atau situasi di mana keheningan lebih disukai, seperti di rumah sakit.

Kapan pager populer?

Perangkat ini mulai dikembangkan tahun 1950-an dan 1960-an. Kemudian, pager banyak digunakan di era pra-ponsel pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, mencapai puncak ketenarannya. Pager juga sangat populer dalam profesi yang membutuhkan komunikasi cepat dan andal.

Perangkat ini umumnya digunakan oleh dokter, perawat, dan petugas layanan darurat karena keandalannya dan fakta bahwa mereka tidak bergantung pada jaringan seluler, yang mungkin tidak dapat diandalkan atau tidak tersedia dalam situasi tertentu.

Akan tetapi di akhir abad ke-21, popularitas ponsel menggusur pager. Meskipun demikian, pager masih digunakan oleh beberapa layanan darurat dan personel keselamatan.

Hizbullah sendiri telah lama mengabaikan perangkat berteknologi tinggi untuk menghindari infiltrasi dari spyware Israel dan AS sehingga memilih pager. “Hizbullah kembali ke perangkat ini karena berpikir pager akan lebih aman digunakan para pejuangnya daripada telepon yang dapat menjadi target GPS,” kata Avi Melamed, mantan pejabat intelijen Israel dan analis Timur Tengah.

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version