Rabu, November 6


Jakarta

Bayangkan Anda menaiki kereta api di barat daya China menempuh perjalanan sejauh 3.218 km dan tiba di Singapura. Perjalanannya kurang dari 30 jam.

Dalam pemberitaan CNN, Selasa (2/4/2024), itulah skenario yang dibayangkan oleh China untuk Asia Tenggara sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI). Adalah program pembangunan infrastruktur luar negeri yang luas yang diluncurkan lebih dari satu dekade yang lalu.

Pada tahun 2021, Kereta Api Laos-China semi-kecepatan tinggi dibuka untuk penumpang. Menghubungkan pusat komersial China barat daya Kunming ke ibu kota Laos, Vientiane, perjalanannya sekitar 10 jam.


Jalurnya itu membentang sekitar 1.000 kilometer yang menurut para pejabat telah meningkatkan jumlah pelancong China melalui jalur darat dan sangat menguntungkan pedagang dan bisnis lokal di negara kecil yang terkurung daratan itu.

Juga dengan bantuan China, kereta peluru pertama di Asia Tenggara mulai beroperasi di Indonesia pada bulan Oktober 2023 setelah mengalami kemunduran dan penundaan selama bertahun-tahun, menghubungkan ibu kota Jakarta dengan Bandung di Jawa Barat, salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan pusat seni dan budaya.

Sementara itu, proyek kereta api berkecepatan tinggi kedua sedang berlangsung di Thailand, yang bertujuan untuk menghubungkan Jalur Kereta Api Laos-China dengan Bangkok. Tapi sekarang menghadapi penundaan dan biaya konstruksi yang meningkat.

Diluncurkan secara bertahap, pemerintah Thailand saat ini mengharapkan jalur ini dapat beroperasi secara penuh pada tahun 2028. Pemerintah China belum merinci jadwal waktunya.

Kereta Cepat Whoosh (Foto: Dok PT KCIC)

Proyek ini, yang dipandang oleh beberapa analis sebagai ‘jebakan fiskal’, telah menjadi sumber perdebatan sengit dan pengawasan di Thailand. Karena, pemerintah setuju untuk menanggung seluruh biaya konstruksi sebesar 179 miliar baht untuk tahap pembangunan pertama, lapor Reuters.

Pihak China akan bertanggung jawab untuk memasang sistem, desain, dan pengadaan kereta.

Dan ketika jalur tersebut selesai, rencananya akan diperluas ke Malaysia bagian utara, di mana jalur tersebut akan terhubung ke ibu kota Kuala Lumpur sebelum akhirnya berakhir 350 kilometer ke arah selatan di Singapura.

Pada bulan Januari, penawaran dari konsorsium lokal dan internasional telah diajukan untuk proyek yang menguntungkan ini. Namun perusahaan-perusahaan Jepang, termasuk East Japan Railway Co, dilaporkan menarik diri setelah memutuskan bahwa proyek ini akan terlalu berisiko tanpa dukungan keuangan resmi dari pemerintah Malaysia.

“China telah memiliki jaringan kereta api berkecepatan tinggi terbesar di dunia dan perusahaan-perusahaan di sana telah lama ingin menjual dan mengekspor teknologi infrastruktur mereka ke negara-negara lain,” kata analis tren perjalanan dan konsumen, Gary Bowerman, pendiri Check-in Asia, sebuah perusahaan riset dan pemasaran yang berfokus pada pariwisata.

“Asia Tenggara merupakan pilihan yang jelas karena kedekatannya dengan China,” tambah Bowerman.

“Menghubungkan kota-kota di daratan dengan kereta api secara langsung ke Laos dan negara-negara Asia Tenggara lainnya akan memudahkan dan menguntungkan bagi para pelancong China. Karena banyak dari mereka yang tidak ingin melakukan perjalanan jauh, untuk jangka waktu yang lama,” urai dia.

Simak Video “China Luncurkan Kereta Tercepat di Dunia
[Gambas:Video 20detik]
(msl/fem)

Membagikan
Exit mobile version