Kamis, November 14

Jakarta

Sudah lebih dari setengah abad sejak Neil Armstrong mengukir sejarah sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. Namun, sejak misi Apollo 17 pada tahun 1972, tidak ada lagi manusia yang kembali ke satelit alami Bumi tersebut.

Berbagai spekulasi dan teori konspirasi pun bermunculan. Namun mantan Administrator NASA, Jim Bridenstine, akhirnya mengungkap alasan sebenarnya di balik absennya manusia di Bulan selama ini.

“Kenyataannya cukup menyedihkan,” ungkap Bridenstine dalam sebuah wawancara eksklusif. “Bukan karena teknologi kita belum memadai, atau ada ancaman alien yang menghalangi. Alasan utamanya adalah politik dan anggaran.”


Bridenstine menjelaskan bahwa eksplorasi luar angkasa, terutama misi berawak ke Bulan, membutuhkan komitmen politik dan investasi jangka panjang yang sangat besar. Sayangnya, setelah berakhirnya Perang Dingin, prioritas nasional Amerika Serikat bergeser. Dukungan politik untuk program luar angkasa menurun drastis, berdampak pada anggaran NASA yang terus dipangkas.

“Program luar angkasa seringkali menjadi korban pergantian pemerintahan dan perubahan prioritas politik,” jelas Bridenstine. “Setiap presiden datang dengan agenda mereka sendiri, dan program jangka panjang seperti misi ke Bulan seringkali terabaikan.”

Bridenstine menambahkan bahwa meskipun tidak ada misi berawak ke Bulan, NASA tetap melakukan penelitian dan eksplorasi robotik. Wahana antariksa tak berawak seperti Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) terus mengirimkan data berharga tentang Bulan.

“Misi robotik memang penting, tapi tidak bisa menggantikan peran manusia,” tegas Bridenstine. “Manusia memiliki kemampuan adaptasi, intuisi, dan kemampuan memecahkan masalah yang tidak dimiliki robot. Kehadiran manusia di Bulan akan membuka peluang baru bagi penelitian ilmiah, pengembangan teknologi, dan bahkan potensi kolonisasi di masa depan.”

Meskipun kenyataan saat ini menyedihkan, Bridenstine tetap optimis. Program Artemis NASA, yang bertujuan untuk mendaratkan manusia di Bulan pada tahun 2025, memberikan secercah harapan.

“Program Artemis adalah langkah penting untuk kembali ke Bulan dan membangun kehadiran permanen di sana,” ujar Bridenstine. “Ini bukan hanya tentang menancapkan bendera, tapi tentang menciptakan masa depan bagi umat manusia di luar angkasa.”

Bridenstine berharap pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat dapat kembali menaruh perhatian pada pentingnya eksplorasi luar angkasa. Menurutnya, investasi di bidang ini bukan hanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga untuk menginspirasi generasi mendatang dan menjamin masa depan umat manusia, demikian dilansir dari Unilad.

(afr/afr)

Membagikan
Exit mobile version