Senin, Februari 10

Jakarta

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan alasan mengutamakan lelang di pita frekuensi 1,4 GHz, ketimbang frekuensi 700 MHz maupun 26 GHz yang sudah matang untuk genjot kecepatan internet Indonesia.

Sebelumnya, Komdigi telah mempersiapkan lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz. Bahkan, Rancangan Peraturan Menteri tentang penggunaan kedua spektrum frekuensi tersebut sudah dilakukan sejak Oktober 2023.

Namun dalam perjalannya, Komdigi memilih akan melakukan lelang frekuensi 1,4 GHz yang rencanannya digelar pada akhir Februari 2025. Lebar pita 80 MHz sudah dialokasikan Komdigi yang diperuntukkan khusus untuk melayani internet rumah, pendidikan, dan kesehatan.


“Sebenarnya kalau teman-teman lihat itu salah satu strategi kebijakan untuk mempercepat penetrasi broadband, FTTH (fiber to the home) karena syaratnya adalah fiberisasi, power yang fiberized,” ujar Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Denny Setiawan di Jakarta.

“Jadi, BTS (base transceiver station) itu tidak hanya BTS tapi harus di-feed dengan fiber. Kita belajar dari masa lalu. Jadi, syaratnya fiberized dan open access,” ungkapnya menambahkan.

Lelang frekuensi 1,4 GHz nantinya diharapkan Komdigi dapat menggenjot kecepatan internet fixed broadband di daerah yang sampai saat ini masih menjadi pekerjaan rumah.

Terkait ekosistem di frekuensi 1,4 GHz yang belum matang dibandingkan frekuensi 700 MHz dan 26 GHz, Denny mengatakan bahwa itu akan dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan penyelenggara telekomunikasi yang memenangkan spektrum tersebut.

Disampaikan Denny, selain lelang frekuensi 1,4 GHz, Komdigi juga menargetkan lelang frekuensi 700 MHz, 2,6 GHz dan 26 GHz yang sempat tertunda sebelumnya.

“Tapi, tadi kombinasi dengan fiber karena nggak mungkin 5G rasa 2G. Nah, ini kita sedang coba rumuskan dan sebagainya, sehingga kalau mereka bangun fiber seharusnya nggak mahal dong. Tapi, saatnya sharing, sharing, sharing,” pungkasnya.

(agt/agt)

Membagikan
Exit mobile version