Jumat, Januari 17


Jakarta

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Uni Eropa (UE) harus menerima sawit Indonesia usai kalah di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Selama ini UE menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap sawit Indonesia.

Airlangga mengatakan dengan adanya keputusan WTO, UE diberi waktu untuk tidak lagi mendiskriminasi produk sawit Indonesia. Jika itu masih dilakukan, ia mengancam akan melaporkannya kepada presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“Dia harus membuka (sawit dari Indonesia). Kalau tidak membuka ya.. kita kasih tahu Pak Trump,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (17/1/2025).


Airlangga juga bicara soal kemungkinan UE banding atas putusan WTO tersebut.

“Ini kan sudah, sudah keputusan. Kalau banding kan panjang lagi ceritanya. Potensi di mana-mana tetap ada, tapi kan ini sudah membuktikan bahwa Indonesia punya kekuatan dan mereka melakukan diskriminasi. Itu poin pentingnya itu ada di sana,” tegasnya.

Sebelumnya dalam Laporan Hasil Putusan Panel WTO (panel report) yang diumumkan pada 10 Januari 2025, UE dinyatakan telah melakukan diskriminasi dengan memberikan perlakuan kurang menguntungkan terhadap minyak sawit dan biodiesel dari kelapa sawit milik Indonesia.

Menurut Airlangga, dengan hasil itu mau tidak mau dunia harus mengakui biodiesel berbasis kelapa sawit milik Indonesia.

“Kemenangan ini merupakan bukti bahwa Indonesia bisa fight dan kita bisa menang. Khusus sawit kita fight di REDD, kita menang sehingga biodiesel yang sekarang kita ambil sebagai sebuah kebijakan, itu mau nggak mau dunia harus menerima bahwa tidak hanya biodiesel berbasis rapeseed, soya bean dan lain-lain, tapi juga yang berbasis CPO,” kata Airlangga.

(aid/rrd)

Membagikan
Exit mobile version