Sabtu, Februari 22

Jakarta

Air tertua di bumi ditemukan pada 2016 lalu oleh sekelompok ilmuwan saat menelusuri sebuah tambang logam basal terdalam di dunia yang berlokasi di Ontario, Kanada. Karena dulunya digali untuk memperoleh mineral seperti tembaga dan perak, tambang itu punya kedalaman sampai beberapa kilometer menuju kerak Bumi.

Saat para ahli geologi sampai di kedalaman 3 km, mereka mendapati penemuan sebuah kolam air yang luar biasa. Setelah diteliti, air yang tertampung di dalamnya dinobatkan sebagai air paling tua di Bumi.

Lebih menakjubkannya lagi, air tersebut mengungkap sejarah Bumi dan jejak kehidupan purba. Simak uraiannya berikut ini.


Penemuan Air Tertua di Bumi

Dilansir IFLScience, Rabu (19/2/2025) air paling tua di Bumi itu diperkirakan berusia 2 miliar tahun. Selama itu, air tersebut terisolasi sepenuhnya jauh di dalam tambang hingga ditemukan pada 2016 oleh sekelompok peneliti Universitas Toronto.

Usia air dipelajari dengan mengukur gas-gas yang terperangkap di dalamnya seperti helium hingga xenon. Bagian mencengangkannya, temuan air itu bukan hanya tetesan kecil melainkan dalam volume besar yang masih mengalir.

“Ketika orang-orang berpikir tentang air tertua di Bumi, mereka pasti berasumsi sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu,” kata Profesor Barbara Sherwood Lollar, pemimpin tim penelitian tersebut.

“Namun sebenarnya, air itu benar-benar menggelembung keluar. Air ini mengalir dengan kecepatan liter per menit, volume airnya jauh lebih besar daripada yang pernah diperkirakan,” tambahnya.

Ilmuwan Mencicipi Air Tertua di Bumi

Saat menemukan benda kuno, sebagian orang mungkin sedikit khawatir untuk memegangnya. Namun tidak dengan para peneliti. Prof Sherwood Lollar mencelupkan ujung jarinya ke dalam air tertua di bumi itu dan mengujinya dengan lidahnya.

“(Rasa airnya) sangat asin dan pahit, jauh lebih asin daripada air laut,” ujarnya.

Meski mencicipinya tidak cukup aman, Prof Sherwood Lollar menegaskan bahwa air purba itu terlalu berharga untuk disia-siakan. Rasa air bahkan dapat bantu mengungkap usianya. Karena terdapat dugaan semakin asin rasanya, semakin tua usia airnya.

Ahli geologi sudah biasa menggunakan indra mereka dalam pengambilan sampel, bukan sebagai candaan melainkan untuk menganalisis lebih lanjut dari apa yang mereka teliti.

“Jika Anda seorang ahli geologi yang bekerja dengan batu, Anda mungkin telah menjilati banyak batu,” ucap Prof Sherwood Lollar.

Profesor Barbara Sherwood Lollar mengambil sampel hidrogen dan sulfat terlarut di kolam air tertua di bumi yang pernah ditemukan. Foto: G. Wunsch/Universitas Toronto via CBC News

Jejak Kehidupan Purba dalam Air Tertua di Bumi

Mengejutkannya lagi, tim menemukan tanda-tanda bekas kehidupan purba di dalam air tertua itu. Mereka menyimpulkan ada beberapa bentuk mikrobiologi yang hidup dalam air dan dalam jangka waktu sangat lama.

“Dengan mengamati sulfat dalam air, kami dapat melihat jejak yang menunjukkan keberadaan kehidupan. Dan kami dapat menunjukkan bahwa sinyal yang kami lihat dalam cairan tersebut pasti telah dihasilkan oleh mikrobiologi dan yang terpenting pasti telah dihasilkan dalam skala waktu yang sangat panjang. Mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak mungkin melakukannya dalam semalam,” ucap Prof Sherwood Lollar.

Kenyataan bahwa organisme mampu bertahan hidup dan berkembang dalam air yang sangat tua jauh di dalam Bumi memiliki beberapa implikasi penting. Tidak hanya memberi tahu tentang kehidupan kuno miliaran tahun lalu di muka Bumi, tetapi juga bantu pencarian kehidupan di tempat lain di tata surya.

Ini bukan kali pertama tim peneliti Universitas Toronto menemukan kolam air purba di lokasi tambang yang sama. Faktanya, air tertua yang diketahui sebelumnya ditemukan pada 2013 di kedalaman tambang sekitar 2,5 km dan usianya diperkirakan 500 juta tahun lebih muda.

(azn/row)

Membagikan
Exit mobile version