Sabtu, September 14

Jakarta

Topik tentang kecerdasan buatan atau AI tengah menjadi perdebatan hangat. Banyak pihak khawatir AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, namun di lain sisi tak sedikit yang percaya teknologi kecerdasan buatan bakal membuat kualitas hidup lebih baik.

Hal ini tertuang dalam riset yang dilakukan Symmetry, penasihat AI global yang berbasis di Inggris, berkolaborasi dengan Samsung. Dalam laporan bertajuk Mobile AI Report: AI’s potential as a gateway to better living itu memfokuskan pada persimpangan kecerdasan teknologi yang muncul, dan dampak sosial ekonomi.

“Studi dengan Samsung ini adalah penelitian kelas akademik pertama dari jenisnya untuk memahami efek AI seluler terhadap kualitas hidup,” kata Dr. Chris Brauer, Direktur Inovasi di Institut Studi Manajemen Goldsmiths, Universitas London yang terlibat dalam penelitian.


“Apa yang kami pelajari memberi kami indikasi yang jelas tentang potensi besar yang dimiliki AI,” ujarnya saat diskusi Salon d’AI di 3 Mazarium, Paris, Prancis beberapa hari lalu yang turut dihadiri detikINET.

Dr. Chris Brauer, Direktur Inovasi di Institut Studi Manajemen Goldsmiths, Universitas London Foto: Samsung

Riset tersebut diikuti 5.000 orang berusia di atas 18 tahun dari Prancis, Jerman, Korea Selatan, Inggris dan Amerika Serikat pada Juni 2024. Ada empat indikator kualitas hidup yang diukur, yakni kreativitas, produktivitas, hubungan sosial dan kesehatan fisik.

Menurut hasil riset, pengguna AI yang sering lebih cenderung melaporkan kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakan AI. Responden ini memandang AI lebih dari sekadar alat untuk mengotomatisasi tugas.

“Mobile AI telah memberikan dampak yang besar kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh dunia. Kita penelitian mengungkapkan hubungan positif yang sangat kuat antara indikator kualitas hidup dan saat ini penggunaan AI seluler konsumen.” kata Brauer.

Penelitian turut menunjukkan perbedaan global tiap negara dalam penggunaan AI. Korsel memiliki porsi terbesar dari pengguna AI dibanding negara lain.

Sementara pengguna AI di AS untuk mengekspresikan sisi kreatif lebih banyak ketimbang lainnya. Mereka sering menggunakan mobile AI seluler untuk mencari konsep baru dan membantu mengembangkan ide-ide yang ada.

Daehyun KimFoto: Samsung

Hasil ini, kata Wakil Presiden Eksekutif Pusat AI Global Samsung Research Daehyun Kim, sebagai bukti bahwa AI akan membuka kreativitas orang. Apalagi ditambah mayoritas responden mempercayai kemampuan kreatif AI dapat meningkatkan kreativitas manusia, bukan mengurangi atau menggantinya.

“Pengguna AI aktif dua kali lebih sering mengekspresikan diri secara kreatif. Dengan semua teknologi AI ini, kami membuat perbedaan yang berarti dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya

Bagi pengguna mobile AI seluler, produktivitas yang lebih baik tidak lagi berarti hanya melakukan lebih banyak hal, lebih cepat. Sebaliknya, merasa lebih terlibat mengendalikan dan menghabiskan lebih banyak waktu serta energi untuk melakukan hal-hal yang bernilai.

Menurut peneliti, penduduk Prancis punya tingkat produktivitas tertinggi dibanding lainnya.

Seluruh responden setuju kalau mobile AI dinilai mempermudahnya terhubung dengan orang lain, mulai dari translate percakapan hingga menu. Responden optimis AI dapat meningkatkan kesehatan fisik.

Pengguna dapat memantau tidur, diet dan latihan. AI turut membantu monitoring kesehatan lebih mudah dipahami.

Pun sangat berguna seluruh panelis yang mengikuti Salon d’AI sepakat perlunya melakukan inovasi yang bertanggung jawab dan pengembangan AI yang inklusif.

“Kami ingin mendorong inovasi tetapi tidak dengan mengorbankan etika atau privasi,” kata Lucia Russo, Ekonom dan Analis Kebijakan di Unit Kecerdasan Buatan (AI), Divisi Kebijakan Ekonomi Digital di OECD.

(afr/fay)

Membagikan
Exit mobile version