
Jakarta –
Ada ilmuwan mengklaim bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah proyeksi holografik raksasa. Pernyataan ini terdengar seperti sesuatu yang ditampilkan dalam film fiksi ilmiah The Matrix.
Tetapi ada ilmuwan di luar sana yang sepenuh hati percaya bahwa luar angkasa bukan sekadar kotak 3D raksasa yang penuh dengan benda. Sebaliknya, kita disebutnya mungkin hidup di dunia tempat segala sesuatunya diproyeksikan, yang dikenal sebagai ‘teori alam semesta holografik’.
Teori Alam Semesta Holografik
Teori alam semesta holografik menyatakan bahwa seluruh alam semesta kita adalah hologram raksasa. Ini berarti bahwa realitas yang kita alami mungkin merupakan proyeksi 3D dari informasi yang tersimpan pada permukaan 2D. Teori tersebut mengatakan hal serupa mungkin terjadi di alam semesta kita.
Pada tahun 70-an, paradoks informasi lubang hitam lahir setelah Stephen Hawking berteori bahwa lubang hitam memancarkan radiasi yang tidak membawa ‘informasi apa pun’, yang akhirnya menyebabkannya menghilang.
Namun, ini berarti para ilmuwan tidak tahu ke mana perginya semua informasi tentang benda yang jatuh ke lubang hitam. Dalam fisika, informasi tidak seharusnya dihancurkan.
Saat itulah fisikawan Gerard’t Hooft dan Leonard Susskind berteori bahwa informasi tersebut tidak benar-benar hilang, tetapi tersimpan di permukaan lubang hitam di cakrawala peristiwanya, bukan di dalamnya.
Setelah pengungkapan potensial ini, dikemukakan bahwa mungkin semua informasi di alam semesta tersimpan pada permukaan 2D di suatu tempat, dan apa yang kita lihat dan alami dalam 3D adalah semacam proyeksi, seperti hologram.
Profesor Marika Taylor, seorang fisikawan teoretis dari Birmingham University, mengatakan bahwa alam semesta seharusnya dianggap sebagai bola berongga.
Galaksi-galaksi terdapat di dalam bola, tetapi struktur permukaannya memiliki dua dimensi.
“Sangat sulit untuk memvisualisasikan hal ini. Namun, juga cukup sulit untuk memvisualisasikan apa yang terjadi di dalam sebuah atom,” kata peneliti tersebut dikutip dari Daily Mail, Rabu (9/4/2025).
“Kita pelajari pada awal abad kedua puluh bahwa atom mengikuti aturan kuantum, yang juga sangat berbeda dari realitas kita sehari-hari. Holografi membawa kita ke dunia yang lebih ekstrem, di mana bukan hanya gaya yang ada di alam bersifat kuantum, tetapi jumlah dimensinya pun berbeda dari realitas yang kita rasakan,” jelasnya.
Meski ini hanya teori, para penggemar The Matrix diharapkan tidak girang dulu. Profesor Taylor mengingatkan, “Film Matrix sangat menggugah pikiran tetapi mungkin tidak sepenuhnya menangkap semua ide dalam holografi.”
(rns/fay)