Jakarta –
Masyarakat Indonesia yang melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci perlu mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Salah satu cara mengantisipasinya adalah tidak berdekat-dekatan dengan unta.
Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M mengatakan penyakit yang disebabkan oleh Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), penularannya bisa dicegah dengan cara selalu memakai masker di tempat ramai. Serta, selalu menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama cuci tangan pakai sabun atau memakai penyanitasi tangan (hand sanitizer).
“Jangan sering jalan-jalan di sana, ke pasar cari oleh-oleh, apalagi kalau jalan-jalannya ke peternakan unta. Fokuslah dengan ibadahnya, ke Masjid Nabawi atau ke Masjidil Haram untuk ibadah,” ujar Farchanny, dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemenkes, Senin (20/5/2024).
“Kemudian, hindari mengonsumsi produk-produk unta secara mentah. Susu unta banyak di sana. Boleh minum susu, tapi harus sudah dimasak. Makan daging unta, sate unta ya boleh, tapi sudah dimasak dengan matang,” sambungnya.
Farchanny menambahkan, untuk calon jemaah yang terlanjur berkontak dengan unta, untuk segera mencuci tangan menggunakan sabun atau penyanitasi. Selain itu, menjaga kondisi fisik agar tetap fit juga penting dilakukan.
“Selain itu, tetap jaga kondisi fisik, karena ibadah haji, ibadah fisik di sana. Jangan lupa istirahat yang cukup, jangan diforsir untuk jalan-jalan. MERS-CoV itu virus, kalau daya tahan tubuh kita bagus, potensi penularannya akan kecil,” ucap Farchanny.
Gejala Penyakit MERS-CoV
MERS-CoV telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan infeksi manusia dari unta tunggangan di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Diketahui, penyakit ini menyerang saluran pernapasan manusia.
Gejala awal yang paling sering ditemukan yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa kasus juga bergejala diare dan mual atau muntah. Selain itu, komplikasi parah yang terjadi dapat berupa pneumonia dan gagal ginjal. Jemaah haji yang merasa tidak enak badan harus segera melaporkan kondisinya kepada Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
“Semua penyakit menular karena virus dan bakteri pada umumnya didahului dengan demam. Hal yang sangat penting, dan ini juga sudah kita sampaikan kepada jemaah haji kita, kalau nanti di sana ada yang mulai tidak enak badan, mulai meriang, harus segera lapor ke TKHI-nya di kloter untuk mendapatkan pemeriksaan dan diobati lebih lanjut,” pesan Farchanny.
“Kalau memang nanti setelah pemeriksaan oleh TKHI-nya, jemaah harus diperiksa lebih lanjut, tentunya akan dibawa ke Pusat Kesehatan Haji di sana. Kalau di Pusat Kesehatan Haji di Makkah dan Madinah setelah diperiksa, ternyata harus ditangani lebih lanjut lagi, maka jemaah akan dikirim ke rumah sakit,” sambungnya.
Jemaah haji yang sedang dalam pemeriksaan dokter akan ditanya seputar riwayat kesehatan dan perjalanannya selama ada di Tanah Suci. Jika ada indikasi untuk mendapatkan perawatan lebih intensif maka akan dilakukan tindakan sebagaimana mestinya.
“Kemudian, digali riwayat kegiatan jemaah haji kita ini, pernah jalan-jalan ke peternakan unta di sana atau tidak. Kalau itu ada, sudah menjadi indikasi kuat untuk pengawasan dan pemeriksaan lebih lanjut. Artinya, harus dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain dan harus (dilakukan) di rumah sakit,” terang Farchanny.
Potensi penularan MERS-CoV, lanjut Farchanny, terutama adalah penularan dari hewan pembawa virus ke manusia. Akan tetapi, ada kemungkinan penularan dari manusia ke manusia, seperti kontak erat pasien dengan anggota keluarganya di rumah, dengan petugas kesehatan di rumah sakit atau di fasyankes.
“Walaupun potensi penularan dari manusia ke manusia itu tetap terbuka, ya, ketika dia sedang jalan-jalan ke pasar atau melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi. Penularan antar-manusia lewat droplet, ya, dari seseorang bicara, kemudian droplet-nya menyentuh ke orang yang sehat. MERS-CoV sangat berpotensi kena apabila terjadi kontak erat yang lama,” tutup Farchanny.
Simak Video “Kemenkes Imbau Jemaah Haji Hindari Kontak dengan Unta gegara MERS-CoV“
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)