Jakarta –
Wakil Ketua MPR RI sekaligus anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno, telah menjalani sidang promosi doktoralnya bidang ilmu politik di Universitas Indonesia. Eddy menjadikan studi kasus transformasi Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai topik disertasinya.
Disertasi Eddy berjudul ‘Transformasi Perubahan Partai di Indonesia: Studi Kasus Partai Amanat Nasional Periode 2016-2022’. Sidang tersebut berlangsung selama 1 jam 40 menit. Sidang promosi doktoral Eddy juga dihadiri langsung oleh Sekjen PAN Eko Patrio.
Eddy diberi waktu 15 menit untuk memaparkan hasil disertasinya untuk kemudian diajukan pertanyaan oleh penguji. Setelah melalui sesi tanya jawab, Eddy dinyatakan lulus dan mendapatkan predikat cum laude.
“Berdasarkan semua itu, Ketua Uji Universitas Indonesia memutuskan untuk mengangkat saudara menjadi doktor dalam program studi bidang ilmu politik dengan yudisium cum laude,” kata ketua sidang disertasi Adrianus Meliala di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (12/12/2024).
Dalam disertasi itu, Eddy menganalisis motif dari PAN mengubah sifat partai yang awalnya ideologis menjadi pragmatis. Menurut dia, hal itu dilakukan PAN untuk dapat meraup suara lebih banyak dan menjaga keberlangsungan partai.
“Secara umum, penelitian ini berargumentasi bahwa PAN telah bertransformasi dari partai ideologis konfrontatif yang berfokus pada kebijakan atau policy seeking menjadi partai pragmatis kooperatif yang berorientasi pada perolehan suara dan jabatan, vote, dan office seeking,” ujar Eddy Soeparno dalam pemaparannya.
“Disertasi ini juga berargumentasi bahwa PAN memutuskan untuk melakukan perubahan-perubahan signifikan sepanjang periode penelitian untuk beradaptasi dengan tuntutan lingkungan politik agar dapat menjamin keberlangsungan partainya atau party continuity,” jelasnya.
Salah satu kunci argumen dalam disertasi Eddy ini adalah berkurangnya minat masyarakat terhadap partai yang mengusung nilai populisme Islam. Hal ini menjadi faktor signifikan PAN merubah gayanya menjadi lebih pragmatis.
“Setelah Pemilu 2019, PAN menyadari bahwa dukungan terhadap populisme Islam tidak memberikan dapat elektoral yang signifikan. Kegagalan PAN dalam Pemilu 2019 untuk menambah kursi di parlemen menunjukkan bahwa akomodasi terhadap populisme Islam tidak berhasil menarik pemilih baru bagi PAN, sehingga sebagian pengurus partai mendesak agar PAN kembali ke posisi yang lebih moderat dan inklusif,” ucapnya.
Dalam pemaparannya, Wakil Ketua Umum PAN ini memprediksi kebijakan partai demikian berpotensi akan menghilangkan pendukung yang mengedepankan konsistensi ideologi. Karena itu, Eddy merekomendasikan agar PAN lebih menyeimbangkan antara sisi pragmatis dan tetap konsisten pada ideologi awal.
“PAN menghadapi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan relevansi politik dan tetap setia pada prinsip-prinsip ideologisnya. Dalam jangka panjang, kehilangan alat ideologis ini berpotensi melemahkan daya tarik PAN,khususnya di mata pemilik yang mengharapkan konsistensi prinsip dari sebuah partai politik,” katanya.
“PAN harus menjaga keseimbangan antara pragmatisme dan konsistensi ideologis, sekaligus memperkuat pelembagaan partai untuk menjaga daya saingnya di masa mendatang,” sambungnya.
Seusai sidang, Eddy mengungkapkan dia sempat tegang menyambut hari ini. Dia bahkan mengaku tidak bisa tidur tiga hari dan keringat dingin sebelum naik ke podium untuk diuji.
“Alhamdulillah saya tiga hari tidak bisa tidur, tadi pagi mules dan menjelang tadi naik ke podium agak keringat dingin,” ungkapnya setelah menjalani sidang doktoral.
Judul disertasi ini rencananya akan dijadikan buku. Saat ini Eddy mencoba merombak gaya bahasa dari disertasinya agar ketika diterbitkan dapat lebih mudah dibaca.
“Insyaallah akan dijadikan buku tinggal kami revisi dan kemudian kami ubah bahasanya menjadi bahasa yang lebih pembaca friendly agar kemudian masyarakat umum bisa memahami tanpa adanya latar belakang politik mereka pun bisa memahami nanti arti dari buku yang akan nanti insyaallah kami buat,” sebutnya.
Sidang terbuka promosi doktor Eddy Soeparno ini diketuai oleh Adrianus Meliala, Aditya Perdana (promotor), Lili Romli (ko-promotor), dan tiga dosen penguji.
Lihat juga Video ‘Pimpinan Komisi VII DPR Sambut Baik soal BBM Subsidi Mau Dibatasi’:
[Gambas:Video 20detik]
(ygs/ygs)