
Jakarta –
Barry Wilmore and Suni Williams, dua astronaut NASA, akhirnya akan kembali ke Bumi tak lama lagi. Pesawat SpaceX sudah merapat ke International Space Station (ISS) dan akan membawa mereka pulang setelah sekitar 9 bulan terdampar di angkasa.
Namun sesampainya di Bumi, tubuh dan pikiran mereka akan menghadapi ‘horor’ karena harus menyesuaikan diri. Dikutip detikINET dari Guardian, Selasa (18/3/2025) kemungkinan berikut yang akan mereka hadapi sekembalinya ke planet ini.
Dampak gravitasi
Kurangnya gravitasi di luar angkasa, menyebabkan hilangnya kepadatan tulang signifikan dan tak dapat diperbaiki. Itu juga menyebabkan otot lengan, kaki, badan, dan bagian tubuh lain termasuk jantung, tidak bekerja keras karena tak harus memompa darah melawan gravitasi.
Volume darah menyusut dan aliran darah pun berubah. Aliran darah melambat di beberapa area, dapat menyebabkan pembekuan. Cairan juga tak turun atau mengalir dengan mudah. Alan Duffy, astrofisikawan di Universitas Swinburne, menyebut saat astronaut di angkasa, cairan menumpuk di kepala sehingga mereka merasa seperti pilek terus-menerus.
Indra penciuman pun berkurang, yang mungkin hal baik karena di sana sangat bau. Alan mengibaratkan ISS seperti pesawat yang selama dua dekade jendelanya tidak dibuka.
Saat kembali, mereka mungkin akan merasa akhirnya sembuh dari pilek. Mereka juga akan kesulitan berjalan, mudah pusing, dan penglihatan buruk. Penumpukan cairan mengubah bentuk bola mata dan melemahkan penglihatan.
Ini sebabnya astronaut mengenakan kacamata meski awalnya penglihatannya sempurna. “Itu cenderung kembali normal, meski mereka mungkin butuh kacamata selama sisa hidup,” cetus Duffy.
“Otak jadi tergenang air,” kata Meng Law, profesor ilmu saraf di Universitas Monash. Ketika kembali, pemulihan kondisi mereka mirip dengan fisioterapi intensif yang akan dialami orang yang keluar dari koma.
Dampak lainnya, kulit astronaut akan menjadi hampir seperti bayi. Saat kembali ke Bumi, beberapa astronot merasa pakaian mereka terasa seperti amplas.
Dampak radiasi
Mungkin dampak paling berbahaya dari tinggal lama di angkasa adalah terpapar radiasi, yang dapat meningkatkan risiko kanker. Atmosfer dan medan magnet Bumi melindungi kita dari radiasi tingkat tinggi, tapi di luar angkasa, tak ada perlindungan itu.
“Para astronot tidak hanya akan terpapar radiasi lebih banyak di luar angkasa daripada di Bumi, tapi radiasi yang mereka terima dapat menimbulkan risiko lebih besar,” cetus NASA.
Menurut NASA, astronot terpapar tiga sumber radiasi yakni partikel yang terperangkap dalam medan magnet bumi, partikel energi surya dari Matahari, dan terakhir sinar kosmik galaksi.
Bagaimana melindungi orang dari radiasi luar angkasa adalah salah satu masalah yang masih coba dipecahkan para ilmuwan saat kita bersiap untuk mengirim orang ke Mars atau Bulan untuk jangka waktu yang lebih lama.
Selain dampak radiasi dan gravitasi, ada pula ancaman depresi karena perubahan ekstrem, dari sangat lama berada di angkasa kemudian kembali ke rutinitas. “Mereka harus membuat sarapan dan menyetir ke tempat kerja. Ini adalah transisi besar dari tinggal di lingkungan yang sangat menginspirasi (antariksa),” ujar Tucker.
(fyk/fay)