Minggu, September 29


Jakarta

Jakarta memiliki delapan ikon budaya yang resmi diakui dalam peraturan serah. Apa saja ya?

Jika menyebut nama Jakarta yang sering terlintas pastilah kehidupan modern yang sibuk, tetapi nyatanya Jakarta bukan hanya tentang gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk kota. Betawi sebagai suku asli Jakarta, ternyata kaya akan budaya dan menarik untuk ditelusuri.

Meskipun memiliki banyak kebudayaan yang khas, dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2015 tentang pelestarian budaya Betawi baru ada delapan kebudayaan yang masuk ke dalam ikon budaya Betawi.


Bersama jktgoodguide dengan dipandu oleh Rony selaku guide, detikTravel berkesempatan mengenal lebih dekat dengan delapan ikon budaya Betawi, berikut ringkasannya.

1. Ondel-Ondel

Siapa yang tak kenal dengan ikon satu ini, ondel-ondel memang lekat kaitannya dengan budaya Betawi. Ondel-ondel adalah sepasang boneka besar dengan tinggi sekitar 2.5 meter-3 meter dengan diameter tubuh hingga 80 cm. Anggota tubuhnya terbentuk dari bambu dan bagian wajahnya terbuat dari pahatan kayu cempaka, rambutnya dari ijuk, dan busananya dari kain.

Mulanya ondel-ondel disebut dengan nama ‘barongan’. Nama ondel-ondel muncul setelah Benyamin Sueb menciptakan dan menyanyikan lagu berjudul ‘Ondel ondel’.

“Muncul nama ondel-ondel itu setelah Bang Benyamin menyanyikan lagu ondel-ondel,” kata Rony.

Pada awal abad ke-20, nama barongan pun berganti nama menjadi ondel-ondel. Kata ondel-ondel diambil dari bahasa Betawi klasik yang memiliki arti lincah dan fleksibel.

Sebelum menjadi sarana hiburan, barongan atau ondel-ondel digunakan sebagai ritual pengusiran roh jahat dan malapetaka seperti gagal panen atau ancaman wabah penyakit kala itu dengan struktur wajah yang menyeramkan. Seiring perkembangan zaman, wajahnya berubah menjadi tidak lagi menyeramkan karena alih fungsinya menjadi seni pertunjukan.

2. Kembang Kelapa

Banyak orang yang menganggap bahwa dekorasi berbentuk lidi yang dihiasi dengan kertas warna-warni hanyalah pemanis semata. Padahal pajangan atau dekorasi tersebut adalah salah satu bagian dari delapan ikon budaya Betawi.

Kembang Kelapa adalah salah satu bagian dari dekorasi yang tak pernah terlewat dalam setiap rangkaian acara Betawi. Biasanya juga ditemukan dalam rangkaian ondel-ondel. Ornamen ini dipilih karena melambangkan pohon kelapa yang memiliki manfaat di setiap bagian pohonnya mulai dari akar hingga daunnya.

“Kenapa ada kembang kelapa dalam ornamen Betawi karena filosofi pohon kelapa itu sendiri. Kalau temen-temen perhatiin pohon kelapa itu kan semua bagian kepake, nah seperti fungsi dari pohon kelapa kita sebagai manusia itu harus berfungsi dari semua aspek jangan sampai kita nggak bermanfaat,” ujar Rony.

3. Kerak Telor

Kerak telor juga jadi salah satu makanan khas terkenal di Jakarta. Makanan ini mudah sekali ditemukan di kawasan hiburan atau wisata Jakarta.

Menurut sejarah, kerak telor adalah salah satu makanan yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1970 kerak telor tercipta menjadi suatu hidangan atas insiden tidak disengaja. Kerak telor tercipta setelah masyarakat Betawi saat itu mencoba-coba membuat berbagai makanan dengan memanfaatkan kelapa sebagai bahan dasar utamanya lalu terciptalah makanan unik ini.

Makanan ini terbuat dari beras ketan putih (direndam semalaman), srundeng, telur ayam atau bebek, merica, ebi, dan bawang goreng. Dalam pembuatannya, kerak telor membutuhkan alat mulai dari wajan bergagang, kayu rotan, kipas, dan anglo.

Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, kerak telor mulai gencar dipromosikan hingga terus berlanjut sampai saat ini. Selain menjadi salah satu identitas dari budaya Betawi, kerak telor juga jadi salah satu hidangan wajib setiap festival kebudayaan Betawi diselenggarakan.

Ternyata ada makna khusus di balik kudapan gurih ini lho. Kerak telor ternyata menggambarkan pergaulan hidup manusia yang harmonis. Sebagai sisi kehidupan manusia yang mengalami berbagai perubahan.

4. Bir Pletok

Minuman khas Betawi yang identik dengan warna merah ini terbuat dari campuran 13 jenis rempah-rempah. Dengan kandungan tersebut, bir pletok dinilai memiliki banyak khasiat bagi tubuh. Uniknya, meskipun mengandung kata ‘bir’ minuman ini justru tak memiliki kandungan alkohol.

Terdapat dua versi asal usul nama bir pletok. Yang pertama berasal dari kata birun atau abyar dalam Bahasa Arab yang berarti sumber mata air. Versi lain mengatakan bahwa pada saat itu karena mayoritas penduduk Betawi umat muslim maka kebanyakan masyarakat Betawi tak bisa bergabung dalam budaya ‘minum bir’ Belanda.

“Sebenernya munculnya bir pletok ini pada 1900-an, termasuk baru. Karena, kalau kita lihat orang Betawi kan dimayoritasi muslim nah bangsa eropa kan suka minum bir, tapi pribumi kan dilarang minum minuman beralkohol. Jadi, diciptakan minuman yang mirip dengan bir dengan konsep menghangatkan. Biar kalau mereka ngumpul bisa sama-sama minum,” kata Rony.

Bir pletok jadi sarana alternatif yang tercipta untuk berkumpul. Meskipun tak mengandung alkohol, bir pletok tetap mampu menghangatkan tubuh. Kata ‘pletok’ tercipta dari sajian bir pletok yang identik dengan penggunaan es batu. Bunyi yang tercipta dari es batu ini lah yang jadi asal usulnya.

5. Gigi Balang

Gigi balang adalah salah satu ornamen khas Betawi. Ornamen ini biasanya ditemukan pada lisplang rumah-rumah adat Betawi. Namun kini, kita bisa dengan mudah menemukannya di berbagai fasilitas publik, dekorasi, hingga gapura di Jakarta.

Bentuknya yang menyerupai segitiga berjajar bak gigi belalang melambangkan kehidupan yang harus diisi dengan kejujuran, rajin, ulet, dan sabar. Itu mencerminkan kerja keras yang dilakukan belalang dalam mematahkan sebuah kayu. Beberapa juga mengartikan bahwa gigi balang menggambarkan pertahanan kuat dan keberanian.

Terdapat lima jenis ornamen gigi balang yakni, tumpal, wajik, susun dua, potongan waru, dan kuntum melati.

6. Batik Betawi

Berbeda dengan batik daerah lainnya, batik Betawi identik dengan warna cerah yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan pengaruh budaya Cina yang kuat di kawasan Betawi.

Motif yang tercipta pada batik ini juga terpengaruh dari budaya Belanda, India, hingga Arab. Namun pada dasarnya, batik Betawi memiliki makna sebagai keseimbangan alam semesta guna memenuhi hidup yang sejahtera dan berkah.

Ada lima motif dalam batik Betawi, yakni motif ciliwung, motif ondel-ondel, motif rasamala, motif salakanagara, dan motif nusa pala. Masing-masing motif punya makna tersendiri yang sebagian besar diambil dari kekayaan alam budaya dan sejarah di tanah Betawi.

Batik ini kerap digunakan sebagai salah satu bagian dari pakaian adat Betawi, hingga berbagai kostum tarian asal Betawi. Kini batik Betawi kerap digunakan sebagai pakaian seragam wajib anak sekolah dan karyawan/karyawati kantor pemerintah/swasta di Jakarta.

7. Pakaian Sadariah

Jika biasa melihat orang Betawi yang menggunakan peci lengkap dengan sarung di lehernya, itu adalah Pakaian Sadariah. Pakaian yang khas dengan celana panjang batik longgar atau celana pantalon ini juga jadi salah satu ikon budaya Betawi lho.

Ciri pakaiannya terbuat dari katun atau sutra dengan kerah tinggi, berkancing pada bagian depan, dan memiliki dua kantong pada bagian bawah kiri dan kanannya. Baju Sadariah juga dilengkapi dengan cukin atau kain sarung yang dilipat dan digantung pada bagian leher, lengkap dengan peci hitam polos, dan menggunakan terompah sebagai alas kakinya.

Uniknya cukin atau sarung itu tak hanya berfungsi sebagai estetika belaka, namun memiliki fungsi khusus yakni sebagai alat sholat sekaligus sebagai senjata ketika berhadapan dengan perampok atau begal yang marak di kawasan jalanan Batavia saat itu.

Mulanya pakaian ini dikenakan masyarakat suku Betawi laki-laki sebagai pakaian sehari-harinya. Namun, kini pakaian sadariah biasa digunakan dalam berbagai acara atau seragam khas masyarakat Jakarta.

8. Kebaya Kerancang

Kebaya yang juga familiar dengan sebutan Kebaya Encim ini jadi salah satu ikon budaya Betawi juga lho. Kebaya Kerancang adalah pakaian wanita Betawi yang terbuat dari kombinasi bahan brokat yang ditutup dengan bordir.

Kebaya kerancang biasanya pendek meruncing kebagian muka kebaya antara 12-30 cm dari dasar dengan model jahitan tangan goeng yang jadi ciri khas nya.

Kebaya itu serasi dipadankan dengan sarung atau kain panjang yang tidak diwiru lengkap dengan selendang dengan warna cerah.

Pada zaman dulu, brokat yang dikenakan dalam kebaya kerancang adalah brokat buatan eropa yang ditutup langsung dengan jahitan bordir agar terlihat serasi. Namun, kini berbagai perkembangan dunia fashion dapat mendapatkan berbagai jenis model brokat dengan mudah.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version