Sabtu, Juli 6


Jakarta

Studi terbaru belum lama ini mengungkapkan banyaknya jumlah ibu di Indonesia yang mengalami mom shaming. Mom shaming merujuk pada sebuah komentar, kritik, atau ucapan tak enak perihal cara membesarkan anak.

Riset Health Collaborative Center (HCC) mengungkap sebanyak 72 persen dari 892 ibu yang terlibat dalam survei mengaku pernah mengalami mom shaming. Hal ini menandakan sekitar 7 dari 10 ibu di Indonesia pernah mengalami kejadian tak mengenakkan tersebut.

Padahal, efek mom shaming jelas membahayakan kesehatan mental dan fisik para ibu.


“Ini jumlahnya tinggi banget ya, karena studi global menyebutkan bahwa kejadian patologis seperti ini kalau di suatu wilayah sudah di atas 40 persen itu berarti masalahnya serius. Ternyata sampai 72 persen orang ibu mengalami mom shaming,” kata peneliti utama Dr dr Ray Wagiu, MKK, FRSPH dalam acara temu media, Senin (1/7/2024).

dr Ray menambahkan, dari keseluruhan ibu yang pernah mengalami mom-shaming, 20 persen di antaranya menjadi korban mom shaming dengan frekuensi sangat sering. Artinya, bisa dialami nyaris setiap hari.

Mirisnya, fakta menunjukkan mayoritas pelaku mom-shaming terbanyak justru datang dari keluarga inti. Keluarga inti yang dimaksud meliputi suami, orang tua, mertua, hingga kakak atau adik yang tinggal dalam satu rumah, di saat seharusnya mereka menjadi support system atau pendukung nomor satu seorang ibu dalam pola pengasuhan anak.

“53 persen pelaku mom shaming itu justru datang dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Secara norma kan seharusnya mereka yang mendukung,” jelas dr Ray.

Masih dari temuan HCC, sebanyak 50,6 persen ibu mengalami mom shaming dari anggota keluarga, 29 persen mom shaming juga dilakukan oleh teman di lingkungan tempat tinggal dan kerja.

“Peran pengasuhan itu jangan dikritik tapi harus didukung karena pengasuhan itu sangat subjektif. Jadi memang harus diganti terminologinya. Selain itu perlu diingat parenting itu kerja bersama, bukan cuma peran ibu,” kata dr Ray.

“Parenting itu bukanlah hal yang mudah, ibu pun juga susah belajar karena nggak ada itu textbook cara parenting itu kan karena ada contoh kasus, padahal contoh kasus tiap anak itu bisa berbeda, karakteristik anak berbeda,” tandasnya.

(avk/naf)

Membagikan
Exit mobile version