Selasa, Maret 4


Jakarta

Fiersa Besari sudah berada di Timika setelah berhasil dibawa dari basecamp Yellow Valley menggunakan helikopter. Tragedi pendakian Carstensz Pyramid yang menyebabkan dua pendaki senior, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal, menjadi duka mendalam.

3 Maret 2025 seharusnya menjadi hari spesial untuk Fiersa Besari yang berulang tahun ke-41. Berada di jalur pendakian menuju puncak tertinggi Indonesia, Carstensz Pyramid, Fiersa Besari menahan air mata duka karena dua pendaki meninggal.

“Hai, kawan-kawan. Hari ini, tanggal 3 Maret 2025, adalah hari yang sangat istimewa untuk saya sendiri …,” ucapnya sebelum video tiba-tiba terhenti yang dia unggah di akun pribadinya, Senin (3/3/2025).


Penyanyi juga penulis buku itu tampak berkali-kali menarik napas untuk bisa bicara lebih tenang.

“… karena saya bisa melewati ulang tahun yang lainnya, saya bisa melewati di tempat yang saya tidak pernah percayai saya bisa berada di sini, yakni Carstensz Pyramid, puncak tertinggi Indonesia. Terima kasih atas doanya, doakan kami semua pulang dengan selamat,” tutup Fiersa Besari.

Dalam unggahan di feed akun Instagram pribadinya, Fiersa Besari membuat 6 poin penjelasan soal tragedi di pendakian Carstensz Pyramid.

1. Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan ucapan belasungkawa yang terdalam. Turut berduka cita atas berpulangnya Bu Lilie Wijayanti Poegiono (Mamak Pendaki) dan Bu Elsa Laksono. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan. Semoga Bu Lilie dan Bu Elsa diberikan tempat terbaik di sisi-Nya;

2. Saya juga ingin meminta maaf karena baru mengabari perihal situasi Carstensz Pyramid (puncak tertinggi Indonesia dengan nama lain Puncak Jaya), karena kami yang berada di Yellow Valley (YV) pun merasa sangat syok dan berduka atas tragedi yang telah terjadi. Saat ini, saya dan Furky Syahroni baru tiba kembali ke Timika, Papua Tengah (3 Maret 2025) setelah tertahan di YV terkait cuaca buruk yang berdampak pada lalu lintas helikopter (satu-satunya akses resmi ke YV untuk saat ini adalah helikopter). Kondisi kami alhamdulillah stabil;

3. Untuk kronologi, saya rasa tidak perlu banyak menjelaskan karena sudah banyak sumber berita kredibel yang memberikan informasi. Adapun, jika boleh melengkapi informasi, saya tergabung dalam tim yang terdiri dari tiga orang. Sementara Bu Lilie dan Bu Elsa tergabung dalam tim yang terdiri dari empat orang (beda tour operator). Kami ditemani para guide. Selain kami dan tamu-tamu WNA, hari itu (28 Februari 2005) ada juga tamu dari pihak Balai Taman Nasional yang turut mendaki;

4. Mungkin, yang tidak diketahui kawan-kawan yang kurang familier dengan dunia pendakian, Carstensz Pyramid berbeda dengan gunung di Indonesia pada umumnya. Medan tebing curam dengan ketinggian 600-an meter (basecamp YV 4.200-an MDPL-Puncak Jaya 4.884 MDPL), mewajibkan kita untuk lancar menggunakan alat-alat tali untuk naik dan turun (ascending dan rappelling) sebagai safety procedure. Sebagai catatan, di ketinggian di atas 4.000-an MDPL, apalagi dalam cuaca buruk, kita memang tidak boleh diam terlalu lama, sebab rentan terkena hipotermia;

5. Rangkaian tragedi yang menimpa Bu Lilie dan Bu Elsa, juga tiga korban lainnya yang pada saat itu masih terjebak di area tebing, baru saya dan Furky Syahroni ketahui setelah kami tiba di basecamp YV (kami tiba 28 Februari 2025-22:48 WIT, dapat kabar 1 Maret 2025-sekitar 04 WIT). Kaget dan sedih, tapi bersama orang-orang di YV, mengontak korban yang terjebak dengan menggunakan HT agar tetap merespons, sampai akhirnya mereka dijemput oleh para relawan–baik lokal ataupun internasional–pada tanggal 1 Maret 2025. Alhamdulillah ketiganya selamat, meski sempat kritis;

6. Sekali lagi, keseluruhan kronologinya bisa dicek di berbagai portal berita. Tulisan ini sebatas pelengkap kronologi dari sudut pandang dan pengalaman saya sendiri (yang bisa diperiksa kembali ke berbagai pihak). Saya juga ingin berterima kasih kepada semua pihak yang sangat suportif dalam proses evakuasi, terutama seluruh kru dan pendaki di YV. Akhir kata, saya berharap kawan-kawan dapat menahan jempolnya untuk mengeluarkan asumsi, teori, apalagi komentar nirempati. Pakai energi untuk berdoa. Beri ruang untuk keluarga dan kerabat yang berpulang untuk berduka. Terima kasih banyak atas perhatiannya. Salam lestari, Fiersa Besari.

Saksikan Live DetikPagi:

(pus/aay)

Membagikan
Exit mobile version