Senin, Maret 17


Jakarta

Sebanyak 22,4 persen calon dokter mengalami tekanan berat selama menjalani program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berujung depresi. Bahkan, 3,3 persen atau 399 peserta PPDS di antaranya ingin mengakhiri hidup atau melukai diri.

Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan hal ini berdasarkan hasil skrining kesehatan jiwa yang dilaksanakan di 28 rumah sakit vertikal. Skrining menjadi upaya untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan di kalangan calon dokter spesialis.

Total peserta skrining dari seluruh rumah sakit adalah 12.121 PPDS, dengan metode kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9. Hasilnya, sebanyak 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis terdeteksi mengalami gejala depresi.


Rincian tingkat depresi dari 22,4 persen PPDS yang bergejala yakni:

  • Gejala depresi berat: 0,6 persen
  • Gejala depresi sedang-berat: 1,5 persen
  • Gejala depresi sedang: 4 persen
  • Gejala depresi ringan: 16,3 persen
  • Gejala depresi minimal: 41,7 persen

Dari total 22,4 persen PPDS yang mengalami gejala depresi tengah menjalani program spesialis (Sp1) dan subspesialis (Sp2). Berikut rinciannya:

5 program studi spesialis (Sp1) dengan persentase PPDS dengan gejala depresi terbanyak, yaitu:

  1. Sp1 ilmu penyakit mulut: 53,1 persen
  2. Sp1 ilmu kesehatan anak: 41 persen
  3. Sp1 beda plastik: 39,8 persen
  4. Sp1 anestesiologi dan terapi intensif: 31,6 persen
  5. Sp1 bedah mulut: 28,8 persen

5 program studi subspesialis (Sp2) dengan persentase PPDS dengan gejala depresi terbanyak, yakni:

  1. Sp2 ilmu kesehatan anak: 13,8 persen
  2. Sp2 orthopedi dan traumatologi: 12,3 persen
  3. Sp2 ilmu penyakit dalam: 9,0 persen
  4. Sp2 ilmu bedah: 8,0 persen
  5. Sp2 anestesiologi dan terapi intensif: 7,9 persen

Simak Video “Ini Kelompok yang Rentan Terjangkit TBC
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Membagikan
Exit mobile version