Minggu, Januari 5

Jakarta

Bencana nuklir terburuk Chernobyl, Ukraina, mengakibatkan banyak perubahan, termasuk genetik anjing-anjing yang ada di sana. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa peningkatan mutasi bukan lah penyebab percepatan evolusi para canine di sana.

Melansir IFLScience, bencana nuklir Chernobyl terjadi pada 26 April 1986. Akibatnya, sekitar 120.000 penduduk harus dievakuasi dikarenakan kontaminasi radioaktif, arsenik, dan asbes. Mereka harus meninggalkan segalanya di sana, menyisakan bangunan kosong dan hewan-hewan liar.

Termasuk para anjing. Diperkirakan 800-an anjing menjadi bagian yang harus bertahan hidup dari radiasi di area tersebut.


Berdasarkan studi yang dipublikasikan di PLOS One, anjing-anjing ini telah mengalami evolusi yang cepat dalam beberapa tahun sejak bencana, mereka berbeda secara genetik dari anjing-anjing lain di belahan dunia lain. Profil DNA mereka begitu berbeda sehingga nampak jelas walaupun cuma dari melihatnya saja. Menurut para peneliti, ini adalah cerminan dari kontaminasi lingkungan yang telah mereka hadapi selama beberapa generasi.

Anjing bukan satu-satunya spesies yang terpengaruh oleh lingkungan yang keras di Chernobyl. Misalnya, burung penyanyi di Zona Eksklusi (CEZ) memiliki mikrobioma usus yang berbeda, sementara itu, katak pohon telah berubah warna dan serigala telah mengembangkan sistem kekebalan yang berubah.

Lantas, apa yang menjadi penyebabnya? Peningkatan mutasi sebelumnya telah diidentifikasi sebagai kemungkinan pendorong diferensiasi genetik ini pada anjing-anjing Chernobyl, tetapi, menurut penelitian baru, tampaknya ini bukanlah penyebabnya.

Studi ini mendukung temuan sebelumnya bahwa anjing yang berkembang biak bebas di area PLTN secara genetik berbeda dari anjing yang hanya berjarak 16 kilometer di kota Chernobyl, serta dari populasi anjing di luar CEZ. Kendati demikian, studi ini tidak menemukan bukti peningkatan laju mutasi DNA atau peningkatan akumulasi mutasi antara populasi PLTN dan kota.

“Dengan studi ini, kami tidak menemukan bukti peningkatan laju mutasi untuk populasi anjing di PLTN melalui aberasi kromosom, peningkatan keragaman mikrosatelit, atau peningkatan alel yang baru-baru ini diturunkan. Oleh karena itu, mutasi tampaknya bukan penyebab diferensiasi genetik yang diidentifikasi sebelumnya antara dua populasi anjing yang berkembang biak bebas yang berdekatan secara geografis ini,” peneliti menyimpulkan.

Penyebab sebenarnya dari keragaman genetik ini oleh karena itu masih belum diketahui. Meski begitu, tim peneliti menemukan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa seleksi langsung (directional selection) mungkin berperan. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini.

Lebih lanjut, anjing-anjing di Chernobyl dapat dipelajari soal efek genetik radiasi. Karenanya, ini dapat membantu menganalisis dampak radiasi pada spesies lain, termasuk manusia.

“(Mereka) dapat berfungsi sebagai penjaga yang efektif untuk dampak kesehatan manusia yang timbul dari paparan lingkungan yang beracun. Dengan demikian, anjing Chornobyl menghadirkan sumber daya yang unik dan berharga sebagai model untuk studi mutasi manusia,” ujar peneliti.

(ask/rns)

Membagikan
Exit mobile version