Senin, Juli 1


Jakarta

Pemerintah mencatat total 308 jemaah haji pada kloter 553, meninggal dunia. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes RI, pada Rabu (26/5/2024) 18 kematian.

Catatan terbaru Kemenkes RI kini ikut mengidentifikasi pemicu kematian akibat heat stroke atau sengatan panas. Pasalnya, suhu panas di Arab Saudi melampaui 50 derajat Celcius.

“Ada 8 orang meninggal karena heat stroke,” tutur Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi, Jumat (28/5).


Sisanya, masih didominasi penyakit jantung kronis. Berikut detail laporannya:

  • 73 penyakit jantung kronis
  • 44 syok septik
  • 38 syok kardiogenik
  • 32 ARDS
  • 20 pneumonia
  • 17 gangguan aritmia
  • 16 syok hipovolemik
  • 10 perdarahan intracebral
  • 7 gangguan pernapasan akut

Bila dibandingkan dengan tren sebelumnya, jumlah kematian di tahun ini masih jauh lebih rendah, di 2023 ada 553 kematian yang terlaporkan. Meski begitu, pemerintah terus meningkatkan pelayanan di klinik kesehatan haji Indonesia, termasuk membuka perawatan bagi jemaah haji non-reguler.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo menegaskan komitmennya untuk tetap melayani jamaah haji non-reguler yang membutuhkan layanan kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Liliek mengungkapkan, ada sekitar 20 jemaah haji non-reguler yang berobat ke KKHI selama periode puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armunza).

“Jemaah haji non-regular banyak ditemukan setelah mereka bermasalah dengan kesehatannya, oleh aparat Saudi mereka dibawa ke KKHI,” tutur Liliek.

Hal ini karena aparat Saudi hanya mengenal KKHI sebagai fasilitas kesehatan khusus jemaah haji Indonesia. “Sehingga, setiap jemaah haji Indonesia yang sakit akan dibawa ke KKHI,” kata Liliek.

Penyebab sakit para jemaah haji non-reguler tersebut beragam, mulai dari kelelahan hingga penyakit bawaan seperti diabetes melitus dan jantung.

(naf/kna)

Membagikan
Exit mobile version