Rabu, November 6

Jakarta

Emotional Intelligence (EQ) atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, serta mengantisipasi perasaan diri sendiri maupun orang lain.

Kecerdasan emosional memainkan peran kunci dalam meraih kesuksesan dalam berinteraksi.

Peneliti kecerdasan emosional lulusan Harvard sekaligus pendiri Mind Brain Emotion, sebuah perusahaan yang membuat permainan kartu, Dr Jenny Woo mengungkapkan ada tiga hal yang dilakukan orang dengan kecerdasan emosional tinggi saat berbicara dengan orang lain.


1. Mengajukan pertanyaan yang menimbulkan perasaan mendalam

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi memiliki kemampuan luar biasa untuk memasukkan pertanyaan ke dalam percakapan apapun. Hal ini bertujuan untuk memicu dan mempertahankan minat mereka.

Sering kali, pertanyaan awal mereka difokuskan untuk mengetahui pengalaman, pikiran, dan perasaan seseorang.

“Mereka punya cara yang berirama untuk melontarkan pertanyaan lanjutan tentang Anda selama interaksi. Kemampuan mereka untuk menunjukkan kesadaran sosial dan empati, ciri kecerdasan emosional, memungkinkan mereka untuk tampil autentik, bukannya usil,” katanya seperti dikutip di CNBC Make It.

“Mereka terhubung pada level intelektual dan emosional. Mereka mungkin bertanya tentang minat Anda , tempat-tempat yang menyenangkan, dan titik-titik masalah. Ketertarikan yang tulus ini mendorong keinginan mereka untuk membantu dan orang lain untuk membalasnya,” lanjutnya.

Hasilnya adalah setiap orang meninggalkan interaksi tersebut dengan perasaan dilihat, didengar, dan dihargai.

2. Mencerminkan nada bicara dan bahasa tubuh seseorang

“Ketika orang asing langsung merasa akrab dan cocok dengan Anda, mungkin itu karena mereka meniru Anda. Itulah praktik meniru perilaku, pola bicara, dan bahasa tubuh orang lain secara halus,” kata Jenny.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sangat terampil dalam membaca isyarat sosial. Mereka juga bisa meniru orang yang mereka ajak bicara untuk memperdalam hubungan.

Mereka sangat memperhatikan nada, kecepatan, dan pilihan kata, dan mencerminkannya kembali dalam tanggapan mereka.

“Jika Anda berbicara dengan lambat atau bersemangat, mereka mungkin menyesuaikan tempo mereka agar sesuai dengan emosi Anda. Demikian pula, jika Anda mencondongkan tubuh atau membuat gerakan, mereka mungkin melakukan hal yang sama,” lanjutnya.

Meniru bukan berarti mereplikasi atau memanipulasi. Melainkan, ini tentang menyelaraskan diri dengan gaya komunikasi orang lain untuk membangun kepercayaan dan menunjukkan rasa hormat.

Perilaku ini merupakan perwujudan eksternal dari keinginan internal untuk berempati dan terhubung pada tingkat yang lebih dalam.

3. Berbagi kesalahan dan kegagalan pribadi

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi secara terbuka berbagi pengalaman kegagalan mereka. Mereka tidak takut mengungkapkan ketakutan dan kegagalan mereka. Mereka melihat kerentanan sebagai kekuatan dan sarana untuk membangun hubungan yang lebih dalam.

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi juga memahami kesalahan mereka tidak mendefinisikan diri mereka dan tugas mereka bukanlah untuk menyenangkan semua orang. Orang dengan EQ tinggi memiliki keamanan emosional dan keberanian untuk tidak disukai.

“Mereka juga memiliki kemampuan luar biasa untuk mengubah hal negatif menjadi produktivitas. Mereka mengamati bagaimana orang lain bereaksi terhadap kemunduran mereka dan menggunakan informasi ini untuk menyaring pendukung dari pencela,” kata Jenny.

“Mereka berfokus pada apa yang dapat mereka pelajari dari kegagalan mereka. Itulah ciri khas manajemen diri dan ketahanan , dua sifat utama kecerdasan emosional,” sambungnya lagi.

Dengan berbagi pengalaman positif dan negatif, orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mendorong orang di sekitar mereka untuk berbagi, belajar, dan tumbuh bersama.

(suc/kna)

Membagikan
Exit mobile version