Senin, Januari 20


Jakarta

Mobil listrik makin menjamur di Indonesia dengan penjualan yang terus tumbuh. Di sisi lain, masih ada orang yang takut membeli mobil listrik. Ada tiga alasannya. Apa saja?

Seperti diungkapkan Direktur Marketing and Planning & Communication Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani, calon pembeli mobil listrik biasanya takut atau masih ragu-ragu dengan resale value atau harga jual kembali.

“Untuk segmen first car buyer (pembeli mobil pertama) biasanya masih ada kekhawatiran. Kekhawatiran pertama adalah soal resale value,” ungkap Agung kepada wartawan di sela-sela acara Daihatsu New Year Media Gathering di Jakarta (16/1/2025).


Tak dipungkiri, mayoritas konsumen Indonesia masih memandang mobil sebagai aset, yang suatu saat bisa mereka jual kembali ketika butuh uang. Maka itu mereka umumnya lebih cenderung memilih mobil yang ‘umum’ atau mobil yang disukai masyarakat Indonesia, supaya mudah ketika ingin dijual lagi.

“Karena kendaraannya adalah aset. Dia takut terhadap resale value (mobil listrik jatuh), jadi ini sudah masalah uang ya,” sambung Agung.

Faktor kedua yang masih bikin ragu-ragu calon konsumen mobil listrik adalah soal konsumsi dayanya.

“Yang kedua adalah masalah konsumsi listrik yang akan dipakai, (mereka menduga) jangan-jangan lebih boros (ketimbang mobil bensin). Itu mungkin paradigma yang kita perlu sama-sama edukasi,” tambah Agung.

Faktor yang ketiga adalah soal perawatannya. “Dan yang ketiga adalah masalah ketakutan kalau biaya perawatannya menjadi lebih mahal,” kata Agung lagi.

“Maka tugas bersama ke depannya kita sebagai industri otomotif bagaimana mengedukasi (konsumen) beberapa tahun ke depan tentang hal-hal yang mungkin dikhawatirkan (dari mobil listrik),” tukas Agung.

(lua/din)

Membagikan
Exit mobile version