Minggu, Maret 30


Kabul

Baru-baru ini, pria asal Amerika Serikat yang diculik lebih dari dua tahun lalu saat berwisata di Afghanistan akhirnya dibebaskan oleh Taliban.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebutkan pembebasan itu merupakan hasil dari sebuah kesepakatan yang difasilitasi oleh Qatar, di bawah Pemerintahan Presiden Trump.

Melansir AP, Selasa (25/3/2025) seorang mekanik maskapai penerbangan asal Atlanta bernama George Glezmann adalah warga negara AS ketiga yang dibebaskan oleh Taliban sejak Januari.


Ia diculik oleh badan intelijen Taliban pada Desember 2022 dan pada tahun berikutnya, Pemerintah AS menyatakan bahwa ia ditahan secara keliru. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengonfirmasi bahwa Glezmann kini dalam perjalanan kembali ke AS untuk bertemu dengan keluargnya.

“Pembebasan ini adalah langkah positif dan konstruktif. Ini juga mengingatkan kita bahwa masih ada warga Amerika lain yang ditahan di Afghanistan. Presiden Trump akan terus bekerja keras untuk membebaskan semua warga negara Amerika yang ditahan secara tidak adil di seluruh dunia,” kata Rubio.

Glezmann diculik saat sedang menjelajahi Afghanistan sebagai turis. Dia telah mengunjungi lebih dari 100 negara sebagai bagian dari keinginannya untuk mengenal berbagai budaya.

Pembebasan Glezmann tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih besar yang disebut Taliban sebagai normalisasi hubungan antara AS dan Afghanistan setelah penarikan pasukan AS yang kacau pada tahun 2021. Meski begitu, sebagian besar negara dunia masih belum mengakui Pemerintahan Taliban.

Pembebasan Glezmann terjadi setelah sebuah kesepakatan terpisah yang juga difasilitasi oleh Qatar, yang sebelumnya membantu membebaskan dua warga AS lainnya yakni Ryan Corbett dan William McKenty, pada Januari.

Dalam kasus tersebut, kedua warga AS itu dibebaskan setelah ada pertukaran dengan Khan Mohammed, seorang narapidana yang dijatuhi hukuman seumur hidup karena terlibat dalam perdagangan narkoba.

Namun, dalam kasus Glezmann, AS tidak memberikan tahanan apapun sebagai imbalan. Pembebasan Glezmann dilakukan sebagai bentuk isyarat niat baik.

Pada Kamis (20/3), Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengonfirmasi bahwa pembebasan Glezmann dilakukan berdasarkan alasan kemanusiaan. Mereka juga menegaskan bahwa mereka percaya dialog, pemahaman, dan diplomasi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.

“Emirat Islam kembali menegaskan posisi lamanya bahwa dialog, pemahaman, dan diplomasi menyediakan jalan yang efektif untuk menyelesaikan semua masalah,” bunyi pernyataan resmi mereka.

Sebelum meninggalkan jabatannya, Presiden Joe Biden pernah mempertimbangkan sebuah tawaran untuk menukar pembebasan Glezmann dengan seorang tahanan lainnya, Muhammad Rahim, yang masih berada di Teluk Guantanamo, Kuba.

Namun, pada Januari, Biden memberi tahu keluarga Glezmann bahwa ia tidak akan mendukung pertukaran tersebut. Kecuali Taliban juga membebaskan Mahmood Habibi, seorang pengusaha Afghanistan-Amerika yang menghilang pada 2022 setelah bekerja sebagai kontraktor di Kabul.

FBI dan keluarga Habibi yakin bahwa ia telah ditangkap oleh pasukan Taliban, meskipun pihak Taliban membantahnya. Keluarga Habibi mengklaim memiliki bukti yang kuat bahwa Mahmood ditahan oleh Taliban setelah rumahnya digeledah oleh pihak yang mengaku sebagai bagian dari dinas keamanan Taliban.

“Kami yakin Pemerintah Trump akan tetap berjuang agar saudara saya dibebaskan, agar hubungan dengan AS bisa terus berjalan. Kami yakin Mahmood masih hidup dan berada dalam tahanan Taliban, meskipun mereka membantahnya,” kata saudaranya Mahmood, Ahmad.

“Mahmood adalah orang yang tidak bersalah, dan dia telah terpisah dari istri, anak perempuannya, dan orang tua yang sudah lanjut usia selama lebih dari 900 hari,” lanjutnya.

(upd/wsw)

Membagikan
Exit mobile version