Kamis, Oktober 3

Daftar Isi

  • 10 Tempat Wisata yang Mengalami Overtourism

  • 1. Venesia, Italia

    2. Athena, Yunani

    3. Gunung Fuji, Jepang

    4. Paris, Perancis

    5. Machu Picchu, Peru

    6. Maya Bay, Thailand

    7. Barcelona, Spanyol

    8. Bali, Indonesia

    9. Amsterdam, Belanda

    10. Oahu, Hawaii


Jakarta

Ada sejumlah destinasi wisata dunia yang mempesona tapi kini mengerang karena terlalu banyak turis yang datang. Fenomena membludaknya wisatawan ini dikenal dengan ‘overtourism’.

Banyaknya turis yang berkunjung memang berkontribusi besar terhadap perekonomian wilayah. Namun jika ‘kebanyakan’ wisatawan, berbagai dampak negatif yang mengancam juga dapat dirasakan.

Sebab itu, kini terdapat sederet destinasi dunia sedang mengendalikan jumlah turis yang datang agar tidak terjebak dalam bayang-bayang overtourism. Di mana saja itu?


10 Tempat Wisata yang Mengalami Overtourism

Dilansir Fodor’s Travel, The Independent, dan CNN Travel, berikut sederet destinasi wisata dunia yang menjerit karena terlalu banyak wisatawan:

1. Venesia, Italia

Turis di Venesia, Italia. Foto: DW (News)

Venesia di Italia terkenal dengan bangunan bersejarahnya hingga kanal berlikunya yang bisa dilalui perahu. Ikon kotanya itu berhasil menarik sekitar 30 juta turis datang setiap tahunnya. Melampaui jumlah warga lokal yang hanya tersisa kurang dari 50 ribu orang.

Tak sedikit yang menyesalkan penduduk di sana menjadi “menyusut” akibat overtourism. Hal ini disebabkan warga setempat yang sudah tidak mampu lagi membayar sewa yang tinggi. Toko yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga telah berubah menjadi bisnis ramah turis yang menjual kaus dan gelato.

Sebagai upaya menindaklanjuti membludaknya wisatawan, Kota Kanal menerapkan pajak sebesar 5 euro atau setara Rp 84,5 ribu (kurs Rp 16.919) bagi turis harian berusia 15 tahun ke atas. Biaya itu berlaku antara pukul 08.30 pagi hingga 4 sore waktu setempat selama musim semi dan panas, yang dianggap sebagai waktu terpadat kunjungan turis ke kota tersebut.

Venesia juga memberlakukan larangan penggunaan pengeras suara dan membatasi jumlah rombongan tur wisata tidak lebih dari 25 orang.

2. Athena, Yunani

Athena, Yunani. Foto: Getty Images/Elizabeth Beard

Kota Athena dengan wisata utamanya yaitu Akropolis dipadati hingga 20 ribu turis setiap harinya. Pada waktu puncaknya, tercatat 23 ribu wisatawan membanjiri ibu kota Yunani itu per harinya.

Untuk mengatasi volume wisatawan, pemerintah setempat membatasi jumlah kunjungan harian mencapai 20 ribu pengunjung saja.

Jika ingin pergi situs-situs bersejarah kuno di sana, turis juga harus memesan slot waktu terlebih dahulu dengan batas waktu berubah-ubah setiap jamnya antara pukul 8 pagi-8 malam.

3. Gunung Fuji, Jepang

High season di Gunung Fuji, gunung tertinggi di Jepang. Orang-orang mengantri untuk menuju puncak Gunung Fuji. Foto: Getty Images/Copyright Thomas Volstorf

Banyak pendaki berminat menaklukan Gunung Fuji yang ketinggiannya 3.776 mdpl. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, tercatat lebih dari 220 ribu orang mendaki ke puncak tertinggi di Negeri Sakura yang dianggap sakral itu.

Tidak hanya puncaknya, Stasiun Ke-5 Jalur Yoshida termasuk tempat favorit. Di sana terdapat berbagai toko souvenir dan restoran. Lokasinya yang berada di ketinggian 2.300 mdpl dapat diakses dengan mobil dan bus.

Dengan meningkatnya turis yang datang ke Gunung Fuji, sayangnya tumpukan sampah seperti botol plastik berisi urine banyak ditemukan di sepanjang jalur pendakian.

Pemerintah setempat pun menerapkan batas maksimal 4 ribu pendaki per harinya sebagai upaya mengurangi membludaknya pendaki.

4. Paris, Perancis

Menara Eiffel dilihat dari Place du Trocadero, Paris, Perancis. Foto: Getty Images/Pawel Libera

Ibu kota Perancis dibanjiri gelombang wisatawan selama beberapa tahun terakhir. Apalagi semenjak popularitas serial Netflix “Emily in Paris” meningkat dan kota tersebut jadi tuan rumah Olimpiade Paris 2024 lalu.

Destinasi wisata utama seperti Menara Eiffel dipenuhi turis dan Museum Louvre kewalahan akibat turis yang berlimpah.

Untuk menangani lonjakan pengunjung, Museum Louvre membatas jumlah wisatawan hingga 30 ribu orang per harinya.

Menariknya, otoritas setempat juga bekerja sama dengan para influencer media sosial untuk bantu menyebarkan kesadaran tentang pariwisata Paris yang mengalami overtourism.

5. Machu Picchu, Peru

Ramainya turis di Machu Picchu, Peru. Foto: Getty Images/James Strachan

Machu Picchu di Peru terkenal dengan keindahan benteng kunonya yang dibangun sekitar 1450 M oleh Kekaisaran Inca dan masih kokoh berdiri hingga saat ini.

Lokasinya yang terletak di ketinggian 2.430 mdpl juga menawarkan panorama ciamik. Karena itu, tempat wisata yang dianggap suci ini begitu tersohor.

Untuk mengatasi overtourism, Machu Picchu memperkenalkan sistem tiket dengan slot waktu ketat. Wisatawan harus berkunjung pada jam yang telah dipilih dengan batas waktu empat jam untuk setiap kunjungan.

Aturan sebelumnya yang diterapkan, pengunjung hanya dapat memasuki Machu Picchu dengan pemandu wisata resmi, jumlah rombongan dibatasi hingga 16 orang, dan rute yang diperbolehkan hanya di sekitar situs.

6. Maya Bay, Thailand

Maya Beach, Thailand. Foto: Getty Images/Eloy Rodriguez

Maya Bay di Thailand terkenal sebagai latar film Hollywood, The Beach.

Pengunjung harian yang datang ke kawasan pantai ini tercatat pernah mencapai 5 ribu turis. Kawasan pantai ini pun sempat ditutup pada 2018 untuk memulihkan lanskap alam, ekosistem, dan terumbu karangnya.

Pantai dibuka kembali pada Januari 2022. Sejak itu, wisatawan dilarang berenang dan menggunakan perahu motor ke teluknya untuk melindungi populasi karang dan hiu. Pengunjung juga hanya diizinkan berkunjung selama satu jam.

7. Barcelona, Spanyol

Sagrada Famila di Barcelona, Spanyol. Foto: Getty Images/middelveld

Sebagai upaya mengatasi overtourism, Barcelona menaikkan pajak tambahan bagi turis dari 5,25 euro (Rp 88,8 ribu) menjadi 6,75 euro (Rp 114 ribu) per harinya sejak April 2024 untuk turis yang bermalam di hotel bintang lima.

Kota dengan objek wisata tersohornya yaitu Sagrada Familia juga menghapus salah satu rute busnya untuk mencegah membludaknya wisatawan.

Pada Oktober 2023, ibu kota Spanyol ini memangkas pula jumlah kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan pusatnya. Dari 10 kapal yang dapat berlabuh pada satu waktu, kini menjadi tujuh saja.

8. Bali, Indonesia

Tanah Lot di Tabanan, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Media asing Channel News Asia mencap Bali telah menjadi korban overtourism melalui tulisan yang bertajuk ‘Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island’.

Disoroti betapa berubahnya Pulau Dewata kini, terlihat dari pembangunan merajalela tanpa acuan tata kota, kepadatan penduduk ditambah turis, dan kemacetan yang tidak dapat dihindari.

Sebagai upaya awal menindaklanjuti membludaknya turis, Pemprov Bali memberlakukan pajak pariwisata bagi wisatawan mancanegara.

Pengunjung harus membayar biaya sebesar Rp 150 ribu sebelum memasuki Pulau Dewata. Pajak tersebut akan digunakan untuk melestarikan alam Bali supaya tetap terjaga, lestari, dan nyaman.

9. Amsterdam, Belanda

Amsterdam, Belanda. Foto: Getty Images/Sjo

Ibu kota Belanda mengalami overtourism dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, turis yang datang mencapai 5 juta orang. Wisatawan yang berkunjung juga kerap membuat kegaduhan yang mengganggu penduduk setempat.

Untuk menghadapi kelebihan turis, diterapkan pembatasan jumlah pelayaran yang memasuki perairan Amsterdam. Pembangunan hotel baru juga dilarang sebagai upaya mengurangi pengunjung yang bermalam.

10. Oahu, Hawaii

Hanauma Bay Beach Park di Hawaii. Foto: Getty Images/Atlantide Phototravel

Peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke surga tropis di kepulauan Pasifik ini memberi tekanan pada masyarakat lokal.

Pengunjung yang pergi Hawaii mencapai 9-10 juta turis per tahunnya, sementara penduduk setempat hanya berkisar 1,4 juta orang.

Agar lingkungan alamnya tetap terjaga, Hawaii berencana memberlakukan biaya bagi turis sebesar USD 25 atau setara Rp 381 ribu (kurs Rp 15.269) saat menginap di hotel atau penginapan lain dalam jangka pendek.

Nah, itu tadi sederet destinasi dunia yang dinilai mengalami overtourism dengan terlalu banyak wisatawan yang berkunjung.

Traveler dapat menghindari sejumlah tempat di atas jika kurang menyukai destinasi yang terlalu ramai. Ada banyak wisata lain juga yang tak kalah mempesona sebagai tujuan wisata alternatif.

(azn/inf)

Membagikan
Exit mobile version